Antropolog Jerman dan Sejarawan Indo Mengungkap Misteri Hantu Kuntilanak di Pontianak, Hasilnya Mengejutkan!
Penelitian dan riset untuk mengungkap misteri hantu Kuntilanak di Pontianak/Foto: Ilustrasi--Radarkepahiang.id
BACA JUGA:Tenaga Honorer Akhirnya Bernapas Lega, Benarkah Diangkat CPNS dan PPPK?, Dewa: Semuanya Dibutuhkan!
Jadi, di wilayah tersebut banyak pepohonan tinggi yang banyak ditempati roh-roh. Roh sendiri adalah pandangan lazim dalam masyarakat animisme. Roh berbeda dengan dewa dan umumnya memiliki berbagai sifat seperti manusia, ada yang jahat, baik atau netral. Karenanya roh bisa hidup berdampingan dan bahkan bisa saling berkomunikasi dengan beberapa manusia tertentu.
Namun pandangan ini berubah ketika Syarif Abdurrahim, menggusur pepohonan itu dan menjadikannya sebagai pemukiman penduduk yang saat itu menjadi cikal bakal Kota Pontianak.
Sejak penggusuran itu, sebutan terhadap roh-roh tersebut menjadi Pontianak atau Kuntilanak yang merujuk pada penunggu pohon tinggi. Hal itu yang mempengaruhi pemikiran masyarakat modern bahwa pohon-pohon besar kerap dihuni hantu.
BACA JUGA:PENGUMUMAN, Hasil Seleksi PPPK Guru 2022 Ditetapkan Panselnas, Illiza Sa’aduddin: Tambah Masalah!
Secara keseluruhan, Kuntilanak dianggap menakutkan karena penampilannya yang menyeramkan. Konotasi spiritualnya dalam kebudayaan masyarakat Indonesia serta cerita-cerita mengerikan yang diceritakan tentang sosok hantu perempuan yang sangat membahayakan.
Namun perlu diketahui jika berdasarkan penelitian Timo Duile, Misteri Kuntilanak hanyalah legenda dan mitos belaka dan tidak ada bukti empiris yang mendukung keberadaannya.
Di sisi lainnya Nadya selaku sejarawan Indonesia menyebutkan, pandangan seram terhadap Kuntilanak atau roh itu, terjadi karena kedatangan agama monoteisme. Monoteisme yang dengan tegas menolak keberadaan sosok spiritual lain selain tuhan, mengakibatkan pandangan masyarakat terhadap roh perlahan berubah menjadi hantu atau monster yang mengerikan.
"Monoteisme muncul bersamaan dengan patriarki. Mereka memperkenalkan konsep ketuhanan yang maskulin, menggeser kemudian menghancurkan kepercayaan lokal yang berhubungan dengan roh dan alam," tulisnya.
Sumber: