MENGERIKAN! 5 Jam Tersesat di Bukit Hitam Gara-Gara Buah Rotan

MENGERIKAN! 5 Jam Tersesat di Bukit Hitam Gara-Gara Buah Rotan

Gambar yang diambil beberapa jam sebelum 5 Jam Tersesat di Bukit Hitam Gara-Gara Buah Rotan--Kolase : Andi Jamhari

Kami tetap berjalan tanpa henti, tidak terasa terlalu berat karena jalannya rata-rata menurun, hanya sesekali datar, tapi memang aneh, seharusnya kami sudah tiba di area perkebunan kopi warga, tapi kami tidak melihat ada perkebunan warga, jalan yang kami lalui pun sudah bukan jalan setapak, jalan setapak yang kami lalui sudah terputus.

 

Berjalan diluar jalur namun kami tetap lurus, selama arah jalannya menurun itu kami anggap benar. Terlihat salah satu anggota perempuan kami berrnama Neri mulai mendekati dan bertanya "Ndi masih lama kah kita sampainya" akupun melihat kearah Edwin dan menjawab "sabar sebentar lagi", padahal dalam hati ku tak tahu kapan akan sampai atau bahkan mungkin kami tidak pernah keluar dari hutan ini.

 

Hari sudah mulai gelap sayu-sayu terdengar dari kejauhan yang entah itu suara apa, suara itu berbunyi agak berat seperti kerongkongan yang serak, "hhhoookkk" "hhhoooookkk" terdengar setiap dua kali, berhenti, lalu terdengar kembali.

 

Rupanya bukan aku saja yang mendengar seluruh anggota mendengar dan mulai merapat berdekatan, rupanya ada yang sudah menangis, ada yang sudah berdo'a, ada juga yang diam dan kepala hanya menunduk sambil berpegangan satu sama lain.

 

Mungkin mereka sudah tahu bahwa kami tersesat di bukit hitam ini, jalan sudah tidak terlihat kami mengeluarkan hp kami dari sisah bungkusan makanan tadi untuk penerangan, yah rata-rata hp android china, malah hp ku hanya hp jadul nokia versi symbian dan hanya hp Relo yang android type terbaru pada tahun itu.

 

Akhirnya sekitaran satu jam dengan penerangan seadanya kami keluar dari area hutan, waktu itu aku melihat jam di hp ku dan sudah menujukkan pukul delapan malam. tapi kami bukan tiba ditempat kami berangkat tadi, dan juga bukan area perkebunan warga. Kami tiba di area tanah luas mirip seperti lapangan dan hanya ada rumput yang setinggi mata kaki, tidak ada pepohonan besar seperti di hutan tadi.

 

Edwin memutuskan untuk berhenti sejenak, pakaian kami sudah basah kuyup mungkin sudah ada yang masuk angin. Edwin mengajak kami untuk duduk melingkar dan mengajak kami mengeluarkan makanan yang masih tersisah dan menyuruh kami makan terlebih dahulu, dengan hanya bermodalkan penerangan dari senter kami menghabiskan sisah makanan yang ada, entah itu roti atau sisah nasi saat kami makan di air terjun tadi.

 

Disela kami makan Edwin berkata apabila ada yang membawa sesuatu dari bukit tolong tinggalkan saja, kalau tidak kita tidak bisa keluar, sejenak kami semua terdiam, dan salah satu anggota perempuan bernama Lia mengeluarkan buah rotan dari kantongnya sembari berkata, "mungkin ini yang bikin kita sial" sambil melempar buah rotan ketengah-tengah lingkaran kami duduk.

Sumber: