MENGERIKAN! 5 Jam Tersesat di Bukit Hitam Gara-Gara Buah Rotan

MENGERIKAN! 5 Jam Tersesat di Bukit Hitam Gara-Gara Buah Rotan

Gambar yang diambil beberapa jam sebelum 5 Jam Tersesat di Bukit Hitam Gara-Gara Buah Rotan--Kolase : Andi Jamhari

Akhirnya kami berangkat menuju Air Terjun Bukit Hitam. Diperkirakan saat itu jam 7 pagi. Yah kita sebut saja sebagai anggota pendaki pemula, bisa terlihat dari pakaian dan tas yang anggota ini bawa, seadanya dan bahkan hanya menggunakan sandal.

 

Awal perjalanan saat mendaki kami asik berfoto-foto tanpa berpikir hal buruk yang akan menimpa kami. Setelah 2 jam perjalanan, anggota perempuan yang rata-rata adalah ibu guru muda mulai merengek kelelahan. Mereka mengumpat bahkan ada yang berkata tidak mau melanjutkan perjalanan ingin berbalik arah dan pulang. 

"Sekali ini saja aku akan mendaki gunung, oy lelahnya bukan main, lututku serasa mau copot," ucap salah satu anggota perempuan.

 

Salah satu anggota laki-laki bernama Relo menghentikan rengekkan mereka dengan cara memberikan penjelasan yang menurut saya sebagai orang awam, sama sekali tidak ada kaitannya.

"Kalau mendaki gunung jangan pernah bilang mau kembali, apa lagi berbicara seolah kita tidak akan sampai. Nanti kita benar-benar gak sampai," ucap Relo yang memang mendadak menghentikan rengekkan mereka.

BACA JUGA:Cerita Horor: Suara Kuntilanak Menyeret Rambut Menyerupai Orang Menyapu Malam Hari

Sekitar 1 jam berlalu, kami tiba di tengah hutan lebat. Tidak ada satupun anggota yang merengek. Saat itu yang terdengar hanya suara nafas mereka yang semakin berat, sudah pasti karena kelelahan.

 

Anehnya, tidak ada satupun suara hewan atau burung saat itu. Di sekitar yang terdengar hanya suara yang menyerupai suara orang yang sedang berbisik. Hal ini seakan menggambarkan kalau kedatangan kami, sama sekali tidak disambut oleh hutan Bukit Hitam yang sunyi sepi.

 

Edwin yang tadinya terlihat semangat mulai lesu, tampaknya bukan hanya aku yang mendengar suara orang berbisik ini. Empat jam perjalanan sudah kami lalui, akhirnya kami tiba di lokasi kawah belerang Bukit Hitam. Kondisinya seperti lubang besar namun didalamnya ada air panas dan bau belerang. Kami kegirangan dan melupakan apa yang terjadi sewaktu dalam perjalanan di hutan.

 

Kami berfoto-foto dan memasak mie dan telur menggunakan air panas yang berada di kawah, kami makan sedikit untuk mengisi perut kami. Selang beberapa lama kemudian, Edwin mengatakan sekitar 40 menit lagi kita akan tiba di air terjun dan mengajak melanjutkan perjalanan agar tidak kemalaman pulang.

Sumber: