MENGERIKAN! 5 Jam Tersesat di Bukit Hitam Gara-Gara Buah Rotan

MENGERIKAN! 5 Jam Tersesat di Bukit Hitam Gara-Gara Buah Rotan

Gambar yang diambil beberapa jam sebelum 5 Jam Tersesat di Bukit Hitam Gara-Gara Buah Rotan--Kolase : Andi Jamhari

 

Diikuti anggota yang lainnya juga mengeluarkan buah rotan dari kantong dan tas mereka, termasuk aku pun mengeluarkan buah rotan itu dari kantong ku. Ada yang membawa dua, ada yang membawa tiga, bahkan ada yang membawa serenteng.

 

Kami menyelsaikan makan dan meniggalkan buah rotan ditempat kami duduk, dan melanjutkan perjalanan puang kami, dengan harapan setelah meninggalkan buah rotan tadi kami menemukan jalan pulang, karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

 

Akhirnya dengan penerangan seadanya kami menemukan sebuah seungai kecil dan menyeberanginya, sungai itu dalamnya hanya sepinggang mau tak mau kami menyeberang dan tidak jauh dari sungai akhirnya kami tiba di perkebunan warga.

 

Aku ingat betul waktu itu, kebun cabe yang sedang berbuah muda, saat memasuki kebun cabe tersebut kami semua mendengar suara lolongan anjing, yah itu suara lolongan anjing dari arah pondok pemilik kebun cabe, bukan takut dengan suara anjing, kami malah berani mendatangi pondok tersebut, terlihat ada cahaya dari pondok tersebut, rupanya pemilik pondok menyinari kearah kami dengan cahaya senter.

BACA JUGA:BAGIAN 2: Cerita Horor Pendaki Gunung, Pendakian Gunung Dempo Pagaralam Berakhir Kerasukan

Dalam hatiku sangat merasa lega karena bisa berjumpa dengan pemilik pondok, aku dan Edwin berlari lebih dulu ke arah pondok, sementara anggota lainnya sibuk mengusir anjing yang mendatangi mereka, sang pemilik pondok yang sedari tadi keluar pondok sambil menyinari kami terkejut dengan kedatangan kami yang sudah basah kuyup.

 

"Ay dari mana kalian ini, sudah jam 10 malam basah-basah macam ini ?" tanya pemilik pondok keheranan melihat kami.

"Kami dari mendaki mang, sepertinya kami tesesat" Edwin menjawab.

 

Kebiasaan didaerah kami jika bertemu orang yang lebih muda dari orang tua kami, kami selalu memanggil orang tersebut dengan sebutan mamang.

Sumber: