MENGERIKAN! 5 Jam Tersesat di Bukit Hitam Gara-Gara Buah Rotan

Senin 02-10-2023,00:00 WIB
Reporter : Andi Jamhari
Editor : Hendika

Di perjalnan kami bingung akan kondisi jalan yang becek dan licin, sesekali anggota perempuan kami terjatuh dan terguling karena jalan yang menurun, berbanding terbalik dengan jalan saat kami mendaki.

 

Edwin sebagai penuntun perjalana pergi dan pulang kami karena paling memahami medan, terlihat kebingungan dengan kondisi jalan saat itu. Aku yang berada di belakang Edwin pun menepuk pundak Edwin dan bertanya, "Kenapa win,".

"Gak ada apa-apa, cuma aku agak bingung kok jalan yang kita lalui berbeda dengan jalan saat kita pergi tadi," jawab Edwin.

 

Sontak aku kaget dan berkata, "Jangan main-main, nyawa ini taruhannya, apalagi kondisi cuaca seperti ini," untung ucapanku tidak terdengar anggota lainnya karena suara hujan cukup berisik. Sebab jika mereka tahu, bisa-bisa memicu kepanikan yang tidak terkendali.

 

Namun Edwin tetap menelusuri jalan tanpa menjawab apapun. Akupun tetap mengikuti jalan yang Edwin lalui tanpa bertanya lebih lanjut. Beberapa jam telah berlalu dan hari pun sudah mulai gelap. Aku perkirakan sudah pukul setengah 6 sore. Namun untungnya hujan sudah berhenti.

BACA JUGA:Cerita Horor Pendaki Gunung, Pendakian Gunung Dempo Pagaralam Berakhir Kerasukan

Mulai muncul ketakutan dalam hatiku, apakah kami bisa keluar hidup-hidup dari hutan ini. Karena banyak cerita orang tersesat di Bukit Hitam dan tidak pernah berhasil kembali.

 

Kami tetap berjalan tanpa henti, tidak terasa terlalu berat karena jalannya rata-rata menurun, hanya sesekali datar, tapi memang aneh, seharusnya kami sudah tiba di area perkebunan kopi warga, tapi kami tidak melihat ada perkebunan warga, jalan yang kami lalui pun sudah bukan jalan setapak, jalan setapak yang kami lalui sudah terputus.

 

Berjalan diluar jalur namun kami tetap lurus, selama arah jalannya menurun itu kami anggap benar. Terlihat salah satu anggota perempuan kami berrnama Neri mulai mendekati dan bertanya "Ndi masih lama kah kita sampainya" akupun melihat kearah Edwin dan menjawab "sabar sebentar lagi", padahal dalam hati ku tak tahu kapan akan sampai atau bahkan mungkin kami tidak pernah keluar dari hutan ini.

 

Hari sudah mulai gelap sayu-sayu terdengar dari kejauhan yang entah itu suara apa, suara itu berbunyi agak berat seperti kerongkongan yang serak, "hhhoookkk" "hhhoooookkk" terdengar setiap dua kali, berhenti, lalu terdengar kembali.

Kategori :