MENGERIKAN! 5 Jam Tersesat di Bukit Hitam Gara-Gara Buah Rotan

Senin 02-10-2023,00:00 WIB
Reporter : Andi Jamhari
Editor : Hendika

 

Rupanya bukan aku saja yang mendengar seluruh anggota mendengar dan mulai merapat berdekatan, rupanya ada yang sudah menangis, ada yang sudah berdo'a, ada juga yang diam dan kepala hanya menunduk sambil berpegangan satu sama lain.

 

Mungkin mereka sudah tahu bahwa kami tersesat di bukit hitam ini, jalan sudah tidak terlihat kami mengeluarkan hp kami dari sisah bungkusan makanan tadi untuk penerangan, yah rata-rata hp android china, malah hp ku hanya hp jadul nokia versi symbian dan hanya hp Relo yang android type terbaru pada tahun itu.

 

Akhirnya sekitaran satu jam dengan penerangan seadanya kami keluar dari area hutan, waktu itu aku melihat jam di hp ku dan sudah menujukkan pukul delapan malam. tapi kami bukan tiba ditempat kami berangkat tadi, dan juga bukan area perkebunan warga. Kami tiba di area tanah luas mirip seperti lapangan dan hanya ada rumput yang setinggi mata kaki, tidak ada pepohonan besar seperti di hutan tadi.

 

Edwin memutuskan untuk berhenti sejenak, pakaian kami sudah basah kuyup mungkin sudah ada yang masuk angin. Edwin mengajak kami untuk duduk melingkar dan mengajak kami mengeluarkan makanan yang masih tersisah dan menyuruh kami makan terlebih dahulu, dengan hanya bermodalkan penerangan dari senter kami menghabiskan sisah makanan yang ada, entah itu roti atau sisah nasi saat kami makan di air terjun tadi.

 

Disela kami makan Edwin berkata apabila ada yang membawa sesuatu dari bukit tolong tinggalkan saja, kalau tidak kita tidak bisa keluar, sejenak kami semua terdiam, dan salah satu anggota perempuan bernama Lia mengeluarkan buah rotan dari kantongnya sembari berkata, "mungkin ini yang bikin kita sial" sambil melempar buah rotan ketengah-tengah lingkaran kami duduk.

 

Diikuti anggota yang lainnya juga mengeluarkan buah rotan dari kantong dan tas mereka, termasuk aku pun mengeluarkan buah rotan itu dari kantong ku. Ada yang membawa dua, ada yang membawa tiga, bahkan ada yang membawa serenteng.

 

Kami menyelsaikan makan dan meniggalkan buah rotan ditempat kami duduk, dan melanjutkan perjalanan puang kami, dengan harapan setelah meninggalkan buah rotan tadi kami menemukan jalan pulang, karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

 

Akhirnya dengan penerangan seadanya kami menemukan sebuah seungai kecil dan menyeberanginya, sungai itu dalamnya hanya sepinggang mau tak mau kami menyeberang dan tidak jauh dari sungai akhirnya kami tiba di perkebunan warga.

Kategori :