Angka Kemiskinan Meningkat, Tren Pemakaian Gas Elpiji Subsidi Naik Pesat, LPG 5,5 Kg dan 12 Kg?

Angka Kemiskinan Meningkat, Tren Pemakaian Gas Elpiji Subsidi Naik Pesat, LPG 5,5 Kg dan 12 Kg?

tren konsumsi gas non lpg semakin menrosot/Foto:Ilustrasi---radarpekalongan.disway.id

Angka Kemiskinan Meningkat, Tren Pemakaian Gas Elpiji Subsidi Naik Pesat, LPG 5,5 Kg dan 12 Kg?

RK ONLINE- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat tren konsumsi Liquefied Petroleum Gas (LPG) non subsidi seperti LPG 5,5 Kg dan 12 Kg, mengalami penyusutan.

Di sisi lainnya, menurunnya jumlah pemakaian gas Elpiji non subsidi ini, berbanding terbalik dengan pemaiakan gas Elpiji subsidi atau Gas Melon yang terus meningkat.

 

Dalam catatan Kementerian ESDM, realisasi konsumsi atau penyaluran LPG 3 kg subsidi mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2019 hingga 2022, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 4,5% per tahun.

BACA JUGA:Pemerintah Umumkan Relasi Penyaluran Gas Elpiji 3 Kg Sebanyak 6,7 Metri Ton

Masih belum diketahui pasti apa yang menjadi penyebabnya namun jika sesuai ketentuan, meningkatnya jumlah pemakaian gas Elpiji subsidi ini tentu menunjukan jika angka kemiskinan di Indonesia saat ini mengalami peningkatan.

Karena sesuai dengan amanat dari aturan yang diberlakukan, gas Elpiji subsidi atau Gas Melon ini hanya diperuntukan kepada masyarakat miskin atau kurang mampu. 

 

Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Maompang Harahap mengungkapkan bahwa realisasi penyaluran LPG 3 kg pada tahun 2022 mencapai 7,8 juta metrik ton, mendekati kuota yang ditetapkan pemerintah sebesar 8 juta metrik ton.

 

"Saat ini rata-rata peningkatan volume penyaluran LPG tabung 3 kg dari tahun 2019 hingga 2022 mencapai 4,5% per tahun, sehingga mencapai 7,8 juta metrik ton pada tahun 2022,"  Ujar Harahap. 

 

Sementara itu, tren penyaluran LPG non subsidi dalam tabung 5,5 kg dan 12 kg mengalami penurunan dari tahun 2019 hingga 2022 sebesar 10,9% per tahun. Pada tahun 2022, jumlah penyaluran LPG non subsidi hanya mencapai 0,46 juta metrik ton.

Sumber: