Selanjutnya, partai Masyumi keberatan dengan gambar burung Garuda yang menunjukkan tangan dan bahu manusia memegang perisai, dianggap terlalu mitologis.
Oleh karena itu, Sultan Hamid II memperbaiki gambar Garuda sehingga terbentuklah Rajawali Garuda Pancasila. Terakhir, Presiden Sukarno memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk menambahkan jambul pada kepala Garuda serta mengubah posisi cakar kaki agar mencengkeram pita di depan pita.
Sultan Hamid II, lahir pada tanggal 12 Juli 1913 dari pasangan Sultan ke-6 Syarif Muhammad Al-Qadri dan Syecha Jamilah Syarwani. Ia mendapatkan pendidikan di berbagai tempat, termasuk ELS Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, Bandung, HBS di Bandung, dan HBS V di Malang.
Ia juga pernah belajar di THS (sekarang ITB) sebelum bergabung dengan Akademi Militer Belanda di Breda, Belanda, dan lulus pada tahun 1938. Setelah lulus, Sultan Hamid II bergabung dengan KNIL dan bertugas di Malang, Bandung, dan Balikpapan.
Pada tanggal 29 Oktober 1945, Sultan Hamid II diangkat menjadi Sultan ke-7 dari Kasultanan Qadriyah Pontianak. Pada tahun 1946, ia juga diangkat sebagai ajudan Ratu Kerajaan Belanda, Wilhelmina.
Lambang Garuda Pancasila yang dirancang oleh Sultan Hamid II menjadi simbol bangsa Indonesia yang kokoh, mencerminkan semangat persatuan dan keragaman. Karya ini telah melalui perjalanan sejarah yang panjang dan bermakna bagi seluruh rakyat Indonesia.
BACA JUGA:Heboh! Beredar Video Penampakan Burung Garuda Berukuran Sangat Besar