Ada 100 Kasus Stunting di Kepahiang

Ada 100 Kasus Stunting di Kepahiang

Kegiatan rapat persiapan rembuk stunting angkatan I di Kabupaten Kepahiang beberapa waktu lalu. --

RK ONLINE - Banyaknya kasus stunting di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu, nampaknya memang masih harus mendapatkan perhatian khusus. Sebab hingga pertengahan 2022 ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kepahiang mencatat kasus stunting di Kabupaten Kepahiang menyentuh angka 100 kasus. 

BACA JUGA:775 Unit Lampu Jalan Padam, Ini Keterangan Dishub Kepahiang

Karena jika tidak segera ditindaklanjuti, kondisi gagal tumbuh anak akibat kekurangan gizi seribu hari pertama kelahiran ini, kondisi demikian dapat berdampak jangka panjang terhadap anak hingga dewasa bahkan Lanjut Usia (Lansia). Sehingga untuk menekan angka kasus ini, sejumlah langkah harus dilakukan Dinkes. Mulai dari Gerakan Terarahnya Tangani Stunting dengan 24 langkah (GTS24) serta peran aktif masing - masing Puskesmas yang ada di Kabupaten Kepahiang. 

 

Kepala Dinkes Kabupaten Kepahiang, H. Tajri, S.KM, M.Si mengatakan, laporan masing-masing Puskesmas di Kabupaten Kepahiang ditemukan 100 anak menderita stunting yang tersebar di 15 desa yang berbeda (Data lengkap lihat data di bawah). Mirisnya dari 100 kasus di 15 desa ini, Kecamatan Tebat Karai menjadi kecamatan dengan jumlah kasus terbanyak. Yakni 36 kasus stunting.

 

"Saat ini sejumlah program kita jalankan untuk mengurangi resiko stunting. Memang angka penderitanya 100 anak tapi terdapat ratusan keluarga yang berpotensi dan terancam juga mengalami stunting," ujar Tajri. 

 

Bukan hanya gencar melakukan pencegahan lanjut Tajri, pihaknya juga minta kepada masyarakat khususnya ibu hamil, melakukan kontrol rutin sejak awal hamil hingga melahirkan. Kemudian setelah lahiran, masyarakat juga diwajibkan mengontrol bayi sehingga bisa diketahui pertumbuhan dan kesehatan bayi. 

BACA JUGA:Petani Ujan Mas Ditemukan Tewas Jelang Pernikahan Sang Anak

"Penyebabnya minimnya pengetahuan ibu hamil yang kemudian berdampak pada kurangnya asupan gizi ketika hamil, kebutuhan gizi anak tidak tercukupi dan sejumlah faktor lainnya," jelasnya.

 

Selanjutnya Tajri juga mengakui kalau pernikahan dini, pendidikan serta kurangnya akses air bersih dan sanitasi, ikut menjadi pemicu terjadinya stunting. Sebab menikah di usia muda terang Tajri, berpotensi melahirkan anak dengan kategori Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) yang dapat berujung menambah daftar panjang kasus stunting di Kabupaten Kepahiang. 

 

Sumber: