RK ONLINE - Sejenak kami terdiam setelah mendengar suara auman harimau yang entah datang dari mana, pendakian yang kami harap menyenangkan malah menjadi cerita horor. Anggota pendaki perempuan kami mendadak pingsan saat mendaki Gunung Dempo Pagaralam, Sumsel.
Kami berdiskusi untuk kegiatan kami besok, dengan kondisi Misna yang masih pingsan, apakah kami akan turun gunung atau melanjutkan pendakian kami ke puncak merapi Gunung Dempo.
Hasil kesepakatan suara bulat dari kami laki-laki, memutuskan tetap melaju ke puncak merapi Gunung Dempo.
"Ya kepalang tanggung, masa jauh-jauh kita gak dapat sampai puncak, kalau soal Misna mungkin cuma kelelahan," ucapku kepada seluruh anggota. Dengan kesepakatan tim ini, kedua anggota perempuan lainnya, mau tidak mau suka tidak suka ya harus ikut karena kalah suara.
Keesokan harinya, pagi sekali kami sudah bangun dan aku sebagai ketua tim, mulai melaksanakan tugas mengambil air dan memasak. Sementara anggota lainnya, hanya santai sambil mengobrol. Dongkol dalam hatiku tapi apa boleh buat, toh masakan mereka juga tidak ada yang enak.
Selang beberapa lama saat makanan masakanku akan disajikan, Misna keluar dari tenda. Namun ekspresinya seperti yang orang linglung, membuatku langsung menghampirinya dan menanyakan kondisinya. "Gimana Mis keadaanmu?," tanyaku.
"Gak apa-apa bang, emangnya ada apa, maaf semalam aku tidur duluan," jawabnya yang sontak membuatkan menyadari jika kejadian yang menyeramkan tersebut, ternyata sama sekali tidak disadari oleh Misna.
Tapi dengan apa yang sudah terjadi, tetap membuatku memutuskan untuk menceritakan kepada Misna, tentang tentang kesepakatan tim akan kembali melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Dempo.
Setelah kami sarapan dan membenahi barang-barang, kami melanjutkan pendakian ke puncak merapi Gunung Dempo. Tidak membutuhkan waktu lama, kami tiba di puncak dan melakukan aktivitas layaknya pendaki gunung lainnya. Yakni foto-foto bersama teman satu tim.