Rumah padepokan ini dikabarkan pertama kali didirikan di Blitar, Jawa Timur. Rumah padepokan ini juga dikabarkan, berhubungan erat dengan pesugihan Gunung Kawi. Rumah padepokan ini diberikan kepada pengikut terdekat Eyang Sujo yang bernama Ki Maridun.
Di rumah Padepokan Eyang Sujo ini, terdapat berbagai peninggalan Eyang Sujo yang dikeramatkan. Diantaranya bantal dan guling yang berbahan batang pohon kelapa serta tombak pusaka semasa perang Diponegoro.
BACA JUGA:Ada Laporan Perempuan Hamil dan Melahirkan Sampai 69 anak. Benarkah ?
3. Pohon Dawandaru
Di Gunung Kawi ada sebuah pohon yang ditanam oleh Eyang Sujogo. Pohon itu juga disebut-sebut sebagai tongkat milik. Terletak di area pemakaman, pohon dawandaru ini disebut juga sebagai shian-to atau pohon dewa oleh orang Tionghoa.
Para peziarah sering menunggu dahan, buah atau daunnya yang jatuh. Katanya bila buah atau dasunnya disimpan, dapat menambah kekayaan untuk orang tersebut. Namun seperti namanya, dibutuhkan kesabaran hingga berbulan-bulan untuk menunggu beberapa bagian dari pohon itu jatuh.
4. Jumat Legi dan 12 Suro
Pada Jumat Legi, ada banyak sekali praktik ritual yang dilakukan. Sebab pada hari itu, disebut sebagai hari pemakaman Kyai Zakaria II atau yang disebut Eyang Jugo.
Sementara untuk tanggal 12 Suro, merupakan hari memperingati wafatnya Raden Mas Iman Sudjono atau Eyang Sujo.
BACA JUGA:Ibu Tertua Asal India, Usia 74 Tahun Hamil dan Melahirkan Anak
5. Petilasan Prabu Sri Kameswara
Dengan ketinggian 700 meter dan berlokasi sekitar setengah jam dari makam Eyang Sujo dan Eyang Jugo, sebuah keraton berdiri yang pernah menjadi milik Prabu Kameswara. Prabu Kameswara sendiri, merupakan pangeran dari Kerajaan Kediri yang beragama Hindu.
Pada zaman dahulu, dikabarkan bahwa setelah sang prabu selesai bertapa di tempat itu, beliau berhasil menyelesaikan politik di kerajaannya. Saat ini Petilasan Prabu Kameswara tersebut telah digunakan sebagai tempat pemujaan dan praktik pesugihan Gunung Kawi.