Saat Kapolres Jayawijaya membujuk warga untuk menyelesaikan masalah di Mapolres, Benny mengatakan kalau tiba-tiba ada sekelompok massa yang datang dan berteriak-teriak yang kemudian memicu kerusuhan.
Karena kerusuhan akibat isu penculikan anak ini semakin menjadi-jadi, Benny mengatakan jika pihak kepolisian akhirnya mendatangkan bantuan personel dari pasukan Brimob dan TNI.
Sempat berulang kali melepaskan tembakan peringatan, ternyata sama sekali tidak diindahkan oleh massa kerusuhan yang saat itu tak mau mundur dan terus memaksa menyerang petugas dan orang yang diduga sebagai pelaku penculikan anak. Hal ini pula yang kemudian membuat petugas terpaksa melepaskan tembakan ke arah massa.
"Aparat keamanan kemudian terpaksa melepaskan tembakan ke arah massa sehingga dilaporkan ada sembilan warga tewas dan enam luka-luka," kata Benny.
BACA JUGA:SEPAKAT! Penghapusan STNK Kendaraan Mati Pajak Otomatis Bodong Diberlakukan 2023
Aktivis HAM Papua, Theo Hesegem menyebutkan jika peristiwa ini juga melibatkan pembakaran terhadap rumah warga yang bukan merupakan Orang Asli Papua (OAP). Bahkan polisi juga disebut beberapa kali melontarkan gas air mata namun situasi tak kunjung terkendali.
Dalam insiden yang dipicu isu penculikan anak yang belum diketahui kebenarannya ini, korban luka mencapai sedikitnya 17 orang dan seluruhnya mengalami luka tembak serta 9 lainnya korban tewas.
Dua korban tewas disebut merupakan warga non OAP dengan luka bacok dan luka akibat tikaman anak panah. Sementara itu, Benny mengaku belum bisa memastikan penyebab korban tewas karena masih dilakukan visum oleh tim kesehatan setempat dan investigasi penyidik di lapangan.
Saat ini terduga pelaku penculikan anak sudah diamankan di Polres Jayawijaya. Akan tetapi masyarakat menuntut agar terduga dikeluarkan dan dihakimi oleh massa. Tapi karena menolak permintaan massa, pihak Kepolisian diserang massa menggunakan batu dan panah.