RK ONLINE - Kasus kekurangan gizi kronis atau biasa disebut stunting saat ini menjadi perhatian yang serius bagi pemerintah. Bagaimana tidak berdasarkan data dari Kementerian kesehatan (Kemenkes) RI, sebanyak 9 juta balita di Indonesia mengalami stunting. Termasuk di Kabupaten Lebong, dengan kasus stunting sebanyak 5,1 persen atau 189 jiwa.
Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Lebong Sumarni, S.KM mengatakan pada dasarnya balita terkena stunting sulit untuk disembuhkan. Selain itu, balita yang terkena stunting sangat rawan terserang berbagai penyakit.
"Anak terkena stunting berperawakan lebih pendek jika dibandingkan dengan anak seusianya. Apabila masalah tidak segera ditangani sebelum terjadi stunting, maka anak tidak dapat tumbuh tinggi. Selain itu, otak mereka tidak berkembang sehingga terjadi gangguan kecerdasan," kata Sumarni.
Untuk memutus rantai stunting tersebut, Sumarni menjelaskan, harus dimulai dari calon ibu. Gizi sang ibu harus terpenuhi sehingga selama kehamilan dan melahirkan sang calon bayi juga tidak kekurangan gizi. Karena itu, menurutnya penting dilakukan pemahaman bahwa asupan gizi yang cukup terutama saat kehamilan menjadi hal yang wajib dipenuhi.
"Stunting itu seperti siklus. Jika dari calon ibunya kekurangan gizi, selama hamil juga kurang, maka ketika melahirkan sang anak bisa kena stunting," jelasnya.
Selain itu lanjut Sumarni, ada beberapa cara untuk mencegah maupun mengobati stunting yaitu salah satunya memenuhi nutrisi sejak si anak masih dalam kandungan. Namun hal ini juga harus diperlukan kerja sama dari berbagai pihak termasuk bagi ibu hamil itu sendiri.
"Pentingnya dilakukan edukasi sejak dini mulai dari vaksinasi imunisasi dasar, menggunakan asi ekslusif pasca lahiran dan terakhir rutin memeriksa kesehatan ibu hamil," singkatnya. (skp)