Bengkulu Fokus Penanganan Stunting Hingga Turun 12,5 Persen 2024
DOK/RK : STUNTING : Kampanye Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra di Provinsi Bengkulu Tahun 2022, Rabu (21/12) malam--
RK ONLINE - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Republik Indonesia bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu terus berfokus menangani persoalan stunting yang ada di wilayah Bengkulu.
Kepala BKKBN RI, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengatakan, Provinsi Bengkulu memiliki risiko tinggi keluarga melahirkan anak stunting. Hal ini lantaran dengan jumlah populasi mencapai 2 juta lebih, Bengkulu masih memiliki tingkat kemiskinan yang rendah yakni sebanyak 297.230 orang atau 14,62 persen dibanding dengan risiko kelahiran anak stunting.
Ia menyebut, kemiskinan ekstrem di Bengkulu tidak tinggi. Akan tetapi lebih banyak keluarga berisiko tinggi melahirkan anak stunting dibandingkan kemiskinan ekstrem.
"Banyak keluarga berisiko tinggi melahirkan anak stunting namun tidak masuk dalam kondisi kemiskinan ekstrem. Dengan adanya situasi tersebut kami memilih mengendalikan risiko tinggi yang melahirkan anak stunting," kata Hasto dalam Kampanye Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra di Provinsi Bengkulu Tahun 2022, Rabu (21/12) malam di Hotel Santika Bengkulu.
Ia menambahkan, persentase stunting di Bengkulu masih cukup tinggi yakni sebesar 22,1 persen. Ditambah angka kelahiran total sebesar 2,21 persen. Semuanya itu tidak memiliki riwayat dalam kemiskinan ekstrem. Sehingga pengendalian stunting menyasar ke semua lapisan masyarakat terutama menurunkan angka kelahiran remaja.
BKKBN sendiri telah menurunkan angka kelahiran remaja usia 15-19 tahun menjadi 21 kelahiran per 1000 wanita usia subur (WUS) rentang usia 15 sampai 19 tahun pada tahun 2022. Juga dengan meningkatkan median usia kawin pertama perempuan menjadi 22 tahun, dan meningkatkan Indeks Pembangunan Keluarga menjadi 57 pada tahun 2022.
"Dengan perunahan yang ada kami targetkan persentase penurunan stunting di Bengkulu hingga tahun 2024 dapatvditekan hingga sebesar 12,55 persen," ujar Hasto.
Sumber: