Nasib Petani Kopi Kepahiang, Hasil Panen Merosot dan Harga Anjlok

Nasib Petani Kopi Kepahiang, Hasil Panen Merosot dan Harga Anjlok

RK ONLINE - Herawati (64), petani kopi Desa Pelangkian Kecamatan Kepahiang tak bisa berbuat banyak atas turunnya hasil panen di awal 2021 ini. Bukan hanya hasil panen saja hargapun ikut anjlok. "Semuanya turun awal 2021 ini. Hasil panen turun, harga juga turun. Kalau hasil panen kopi turun, itu lantaran perubahan musim kemarau ke musim penghujan," kata Herawati, Rabu (20/01/2021). Kopi kering per kaleng tahun 2021 ini dihargai Rp 60 ribu. Jika kopi sudah dipisahkan dari kulitnya seharga Rp 15 ribu perkilo. Harga ini turun dibandingkan tahun 2020 lalu, yakni kopi kering Rp 65 ribu/kaleng. Sementara yang sudah bersih dan dipisahkan dari kulitnya Rp 18 ribu/Kg. "Bunga kopi banyak gugur dan hasil panen kopi tidak maksimal. Sudah dipanen, eh harganya pun ikut turun," keluh Herawati Lebih lanjut dikatakan Herawati, biasanya di awal tahun sudah bisa mendapat hasil panen sekitar 4 karung. Sementara diawal tahun 2021 ini turun menjadi 2 karung saja. "Kalau satu hektar lahan ditanam kopi stek. Buahnya bagus dan cuaca mendukung, itu bisa menghasilkan 2 ton kopi dalam semusim. Tahun ini buahnya sangat sedikit, sebab bunga banyak gugur. Tahun 2020 lalu, saya dapat 25 karung kopi atau 2 ton. Tapi tahun ini, sepertinya sulit tercapai 2 ton," paparnya. Herawati menuturkan, kopi yang sudah dipanen harus dijemur membutuhkan waktu 8 hari jika cuaca panas maksimal. Jika cuaca panasnya tidak maksimal, maka penjemuran bisa sampai 10 hingga 12 hari. "Kalau perawatan kopi kami, sudah dimaksimalkan tapi tetap saja buahnya kecil-kecil dan sedikit. Tahun ini saja sudah menghabiskan 250 kilo pupuk urea untuk 1 hektar lahan atau lebih kurang 1.850 batang kopi," jelasnya. Pewarta : Romauli Editor     : Candra Hadinata 

Sumber: