Nasib Sopir Angkutan Punya Mobil Disangka Kaya, Jatah Bantuan pun Sirna

Nasib Sopir Angkutan Punya Mobil Disangka Kaya, Jatah Bantuan pun Sirna

RK ONLINE - Diam di rumah salah, ke luar rumah juga penghasilan juga tak seberapa. Selama pandemi, kondisi di atas dirasakan betul kalangan pekerja informal. Salah satunya, sopir angkutan yang biasa mangkal di seputaran Pasar Kepahiang. Pendapatan mereka anjlok, dibanding sebelum datangnya Covid19 ini. Setidaknya 4 bulan terakhir, mereka bertahan dalam situasi penuh ketidakpastian. Seperti yang disampaikan Dozen (26), sopir asal Kecamatan Penanjung Panjang. Bapak satu anak itu, tetap harus bertahan dengan kondisi yang ada. Pendapatan seadanya, sedangkan kebutuhan tetap seperti biasa. Kepada wartawan RK ONLINE, Kamis (23/07/2020) dia mengungkapkan hasil tarikan jauh menurun seiring belum sepenuhnya sekolah mengaktifkan anak didiknya. Praktis, dia bersama puluhan sopir angkutan lain hanya mengandalkan penumpang umum yang jumlahnya juga tak seberapa. "Orang berpendapat karena ada mobil kami memiliki banyak uang, akibatnya kami tidak tersentuh bantuan. Tapi sebenarnya kami sangat membutuhkannya, karena memang untuk penghasilan sehari - hari saja sulit sekali terpenuhi," keluhnya. Diungkapkannya, sebelum masa pandemi perhari penghasilan dirinya dan sopir angkutan penumpang lainnya bisa tembus hingga Rp 150 ribu/hari. Kini, penghasilannya jauh menurun hingga 50 persen. "Sehari paling dapat Rp 50 ribu - Rp 70 ribu kotor. Karena di dalamnya ada keperluan untuk BBM makan dan kebutuhan lainnya. Artinya dalam satu hari bisa jadi dengan kondisi seperti ini kami hanya bisa membawa pulang uang Rp 20 - 30 ribu saja," tutupnya. Begitu juga dengan apa yang disampaikan sopir lainnya, Ike Saputra warga Kelurahan Pasar Ujung Kecamatan Kepahiang. Semenjak pandemi, terpaksa menambah penghasilan di bidang pertanian. Langkah ini terpaksa diambil lantaran pendapatan dari sopir angkutan sudah tak bisa diandalkan sepenuhnya. "Kalau harus tetap dipaksakan mencari uang dengan menunggu penumpang, bisa - bisa kami tidak makan. Sementara pemerintah hanya melihat enaknya saja, punya mobil kami disangka sejahtera," singkatnya. Pewarta : Hendika Andesta  Editor     : Candra Hadinata 

Sumber: