Catatan Harian Jurnalis yang Positif Covid-19 Selama Dikarantina (Bagian Ketiga)

Catatan Harian Jurnalis yang Positif Covid-19 Selama Dikarantina (Bagian Ketiga)

Berita Ini Dikutip dari PALPOS.ID Dukungan Keluarga, Sahabat dan Rekan Kerja Jadi Energi Kesembuhan SABTU (30/05/2020) ini, merupakan hari keempat saya dikarantina di Rumah Sehat Covid-19 Wisma Atlet Jakabaring, Palembang. Kegiatan yang saya lakukan masih seperti biasa. Terus terang mulai ada rasa bosan menghampiri pikiran ini. Tapi saya selalu ”membunuhnya”, dengan tekad untuk segera sembuh. Baca Juga : Catatan Harian Jurnalis yang Positif Covid-19 Selama Dikarantina (Bagian Kedua) Kegiatan rutin saya dimulai dari Salat Subuh. Setelah salat, saya langsung berolahraga kecil di dalam kamar. Mengikuti instruksi instruktur senam yang saya lihat dari youtube. Setelah itu, saya lanjutkan mandi dan membersihkan kamar. Ya, harus mencari kesibukan supaya tidak bosan tinggal di dalam kamar. Kamar yang sudah bersih dan rapih, saya bersihkan lagi. Itung-itung berolahraga. Makan obat juga jadi rutinitas sekarang dan tidak boleh lupa. Tim medis selalu mengingatkan melalui grup WhatsApp untuk makan obat tepat waktu. Dikarenakan disiplin makan obat menjadi salah satu kunci penyembuhan bagi pasien Covid-19. Alhamdulillah, sejauh ini saya tidak mengalami gejala seperti yang disebutkan selama ini. Seperti demam, batuk, nyeri otot dan lain-lain. Saya merasa sama seperti sebelum dinyatakan positif Covid-19 berdasar hasil Swab. Jujur awalnya saya sempat takut untuk membuka diri telah positif Covid 19. Stigma negatif masyarakat, terkadang membuat pasien Covid 19 jadi enggan membuka diri karena konsekuensinya cukup besar, bisa dikucilkan orang. Namun, saya ingin menunjukkan bahwa Covid-19 bukan aib. Saya sendiri tidak mau terpapar, bahkan selama ini sudah menerapkan protokol kesehatan. Tapi, jika Allah menghendaki saya kena ya harus diterima dengan hati ikhlas. Saya masih bersyukur, karena meskipun terkena tapi tidak sampai sakit parah seperti yang selama ini saya lihat di TV. Namun ternyata ketakutan saya, tidak terjadi. Dukungan keluarga, sahabat serta rekan kerja sangat besar kepada saya. Solidaritas antar jurnalis sangat besar. Dari tempat saya bekerja juga sangat mendukung dan membantu saya. Begitu juga dengan sejumlah pejabat seperti Gubernur Sumsel, Herman Deru dan anggota DPRD Sumsel, Alfrenzi Panggarbesi ikut memberikan support kepada saya. Selain itu, Walikota Palembang, Harnojoyo, Sekda Kota Palembang Ratu Dewa, dan anggota DPR RI yang pernah menjabat Gubernur Sumsel dua periode, H. Alex Noerdin menyempatkan waktu melakukan video call dengan saya dan memberikan semangat. Saya benar-benar terharu. Tidak pernah menyangka, bahwa begitu besar perhatian orang di luar sana terhadap kondisi saya.  Awalnya saya sempat kaget, ketika diberitahu bahwa ada pejabat ingin video call untuk menanyakan kondisi saya. Saya selalu berusaha tersenyum dan memperlihatkan sikap happy kepada mereka. Dikarenakan memang saya merasa sehat-sehat saja. Jujur saja, perhatian yang besar diberikan ini, merupakan energi positif untuk kesembuhan saya. Tidak bisa diukur dengan materi. Ini semua menjadi energi positif bagi saya, dan memberikan semangat pada saya untuk tidak menyerah dan segera sembuh. Saya ingat ucapan seorang dokter. Dia mengatakan, obat yang paling manjur itu sebenarnya ada pada diri kita sendiri, yakni sugesti untuk sembuh. Saya benar-benar merasakan itu. Sebenarnya saya sudah tidak sabar lagi untuk dites Swab yang kedua. Tapi, entahlah belum ada kepastian waktunya Tes Swab kedua itu. Saya selalu berdoa, semoga tes Swab kedua segera dilakukan, dan hasilnya virus ini sudah pergi dari badan saya. Mohon doa dan dukungan dari seluruh masyarakat untuk kesembuhan saya. Rasanya ingin menulis lebih panjang lagi, tapi karena keterbatasan alat tulis, jari ini jadi tak leluasa. Ya, saya mengetik berita ini melalui ponsel saya. Laptop tak sempat dibawa karena tinggal di rumah dan memang dibutuhkan di rumah. Sebagai seorang jurnalis, menulis merupakan kewajiban dalam kondisi apapun. Sudah gak sabar lagi ingin meliput berita. Ada rasa kepuasan batin tersendiri, jika tulisan saya dibaca orang. Jadi teringat joke kawan-kawan jurnalis, katanya seorang wartawan itu bila perlu hari kiamat pun diliput dan dibuat beritanya.  Hehehe… Jadi, tulisannya dibuat bersambung lagi ya? (*/bersambung)

Sumber: