Ketua MUI, Rohimin : Bedakan Takut Covid-19 dengan Menyekutukan Tuhan

Ketua MUI, Rohimin : Bedakan Takut Covid-19 dengan Menyekutukan Tuhan

RK ONLINE - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bengkulu, Prof. Dr. H. Rohimin, M.Ag meminta umat islam khususnya di Provinsi Bengkulu untuk dapat membedakan takut terhadap penyebaran kasus Covid-19 dengan perbuatan menyekutukan Allah SWT.

Dikatakannya, ada kecenderungan sejumlah orang yang bicara hanya boleh takut kepada Allah saja dan tidak boleh takut kepada makhluk termasuk Covid-19. Bahkan ada anggapan bahwa takut Covid-19 berarti mempersekutukan tuhan.

"Tentu itu tidak sama. Lantaran takut kepada Allah sebagai khalik berbeda dengan takut kepada lainnya atau makhluk. Seumpama seperti ini kalau virus makhluknya, lantas Singa yang buas pun juga makhluknya. Kalau sama-sama makhluknya, apa kita mau satu kandang dengan Singa," kata Rohimin, Selasa (21/04/2020).

Rohimin juga menyampaikan, umat seagama maupun beda agama harus bisa memilah rasa takut dalam diri manusia. Rasa takut alamiah dapat muncul sebagai respon terhadap suatu pemicu tertentu yang ada di sekitar individu terkait. Baca Juga : Perekaman KTP Elektronik dan Pelananan Adminduk Dihentikan

"Kedua rasa takut ini penting karena dia sudah merupakan fitrah, atau pembawaan sejak dari lahir dan fungsinya sangat penting. Lantaran merupakan mekanisme pertahanan hidup dasar yang ada dalam setiap diri kita," tambahnya.

Oleh sebab itu, lanjut Rohimin, mengatakan secara naluriah manusia berusaha menjauhi dan menghindarkan diri agar selamat dari ancaman dan malapetaka yang bisa ditimbulkan makhluk Allah.

"Takut kepada Allah SWT itu karena kita tak mau eksistensi kita terancam karena mendapat murka darinya. Apalagi nanti dihari akhir kita dimasukkannya ke dalam nerakanya," sambung Rohimin.

Kembali ditegaskan Rohimin, secara substansial takut dengan tuhan sang pencipta dan takut dengan Covid-19 tidak sama. Lantaran tuhan dan Covid-19 merupakan dua eksistensi berbeda yang satu Khalik dan tidak berawal dan berkahir. "Allah sudah ada sebelum zaman dan masa itu ada. Jadi tak pantas (Allah, red) kalau disamakan dengan makhkuknya," pungkas Rohimin. Pewarta : Febri Yulian  Editor   : Candra Hadinata 

Sumber: