Sementara itu, menurut Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), ada 30 kasus bullying sepanjang 2023, FSGI juga mencatat sepanjang 2023, ada 46,67% kekerasan seksual terjadi di SD. Ini hanyalah angka-angka yang tampak, belum kasus-kasus yang tidak terlaporkan, kasus kerusaakan generasi hari ini ibarat fenomena gunung es, tidak nampak, tetapi jika digali dan ditelusuri secara mendalam akan ditemukan angka kasus yang sangat mencengangkan.
Bahkan masih banyak lagi kasus-kasus kerusakan generasi yang lain seperti hilangnya adab terhadap guru, pelaku aborsi, anak SD sebagai pelaku pembunuhan, terjerat narkoba miras dan lain sebagainya. Apakah Kurikulum Merdeka mampu menjawab persoalan pelik sesungguhnya yang tengah dihadapi dunia pendidikan? Misalnya, perundungan, kekerasan seksual, pergaulan bebas, hingga kehamilan di luar nikah sehingga menjadi penyebab tingginya angka aborsi.
BACA JUGA:Bukan Hanya TNI Polri, MenPANRB Anas Sebut ASN Bisa Duduki Jabatan di Instansi TNI Polri
Makin ke sini, generasi kita makin jauh dari karakter dan akhlak mulia yang sesuai visi misi pencipta menciptakan manusia. Apakah Kurikulum Merdeka mampu membentuk karakter mulia yang sangat diharapkan ada pada diri generasi hari ini? Boleh saja di atas kertas terjadi peningkatan capaian belajar atau penilaian yang bersifat materi, akan tetapi, capaian karakter dan kepribadian mulia masih sangat jauh dari harapan kita.
Ini karena kerangka kurikulum yang sudah berganti sebelas kali, masih berasas pada kapitalis-sekuler materialistis sehingga tujuan pendidikan menjadi kehilangan arah hanya berfokus pada capaian materi yang semu. Ditambah fakta hari ini, pendidikan di semua aspek, baik guru maupun siswa terlibat dalam kemaksiatan dan pelanggaran hukum.
Ada guru merudapaksa siswanya, ada siswa merundung temannya, kriminalitas, kesehatan mental, tingginya angka bvnvh diri, ada orang tua melaporkan guru hanya karena tidak terima sang anak ditegur gurunya seperti yang terjadi di bengkulu ortu yang emosi anak nya di tegur merokok sang ayah langsung mengetapel guru yang menegur siswa yang berakibat cacat mata permanen.
BACA JUGA:Terekam Kamera, Mobil Putih Ini Tancap Gas Usai Tabrak Pemotor di Kepahiang
Lebih parahnya, ada siswa menganiaya guru hingga sang guru meninggal, kriminalitas di dunia pendidikan masih kerap terjadi. Hal ini menunjukkan sistem pendidikan saat ini, khususnya penerapan Kurikulum Merdeka belum mampu menciptakan pendidikan berkualitas.
Sedangkan dampak dari penerapan Kurikulum Merdeka sudah terasa di lapangan, yakni banyak guru mengalami kesulitan karena penerapan yang prematur dan seolah dipaksakan untuk diterapkan. Sosialisasi kurikulum yang sebagian besar lewat daring menjadikan pemahaman guru memahami Kurikulum Merdeka menjadi tidak utuh sehingga akan berdampak pada kualitas pengajaran. Dengan berbagai masalah ini, apakah Kurikulum Merdeka mampu menuntaskan problematika yang pelik ini, lalu bagaimana dengan Islam?
Islam Memiliki Sistem Pendidikan Berkualitas
Sejarah mencatat ketika sistem Islam diterapkan mampu menghasilkan generasi yang berkualitas, tidak hanya cakap dalam ilmu dunia, akan tetapi menjadikan mumpuni dalam ilmu agama. Apresiasi yang tinggi diberikan Daulah Islam terhadap pendidikan sehingga mendorong berkembangnya ilmuwan-ilmuwan handal di berbagai bidang ilmu dan teknologi.