Tari mencok adalah tari selamat datang dalam bentuk gerakan-gerakan silat Rejang sebagai yang dilakukan di hadapan rajo atau tetuei atau tamu agung (lihat Jaspan, 1964: 3). Tari mencok melambangkan kesiapan malim umbung dan masyarakat kutei untuk melaksanakan Umbung dan sebagai jaminan keamanan bagi rajo selama mengikuti umbung. Setelah menari, beberapa jawara akan mengawal rajo tetuei/tamu agung menuju tempat duduk tamu.
5. Ibeun Pamit
Setelah rajo/tamu agung duduk, Tuei Umbung akan menghadap dan menyampaikan sembea (sembah) untuk meminta izin acara akan dimulai. Pamit dibuka dengan sembea kipas temuko tu’un, lalu menyampaikan kece’ singkat permintaan izin kepada rajo. Rajo dapat memberikan jawaban dengan kece’ singkat juga atau dengan menganggukkan kepala.
6. Ibeun Sembea Anok Sangei (Kejei Sembea)
Sembea adalah pusat dari berbagai interaksi sosial dan budaya dalam tradisi Rejang. Melalui serangkaian tindakan kinetik, sembea menggambarkan penghormatan, penerimaan, dan norma budaya Rejang yang kaya penuh kesantunan, menjalin hubungan antara individu, keluarga dan komunitas.
Sembea dilakukan dalam sebuah urutan tindakan dalam bentuk tarian oleh anok sangei, yang diakhiri dengan memberikan sirih kepada rajo atau tetuei dalam umbung yang dilaksanakan (Jaspan, 1963: 10).
BACA JUGA:Seleksi CPNS KPK 2023, Cek Segera Data Statistik Pendaftar CPNS 2023 Terbaru Disini!
7. Sembea Kece’ atau Petatea
Sembea Kece’ atau Petatea merupakan bagian dari Sembea, berupa sekapur sirih dan pidato-pidato/sambutan-sambutan, yakni dialog antar individu dalam umbung kutei, antara tuei umbung dengan tamu yang paling tinggi kedudukan sosialnya (rajo, pasirah atau tuei kutei) dalam (Jaspan, 164: 225). Penyampaikan kata-kata sambutan dan petatah-petitih dalam umbung kutei termasuk dalam Sembea Kece’ atau Petatea.
Individu laki-laki yang menyampaikan kece’ terlebih dahulu menghaturkan sembea kipas tmuko tu’un kepada rajo, sedangkan jika perempuan menghaturkan sembea punjung tu’un.
8. Macung Tebeu Mleu
Macung tebu hitam memiliki makna panen semua hasil kerja yang dilakukan oleh masyarakat kutei. Tebu akan dipancung oleh rajo atau tetuei dengan sebilah rudus atau pedang khusus yang hanya boleh dikeluarkan dari sarungnya oleh tuei umbung. Dengan tebu telah ditetak, menandakan menari dan jamuan dapat dimulai.