"Smart Meter berbasis AMI ini membawa banyak manfaat. Pembacaan data meter dilakukan secara Real Time dan jarak jauh sehingga tidak perlu lagi pembacaan meter di lokasi. Dengan demikian, privasi pelanggan juga lebih terjaga," ungkap Darmawan.
Kemudian Darmawan melanjutkan jika petugas hanya akan datang ke rumah pelanggan untuk melakukan pemeliharaan atau pengecekan fisik jika terdapat data anomali atau gangguan pada media komunikasi dan Smart Meter.
Program ini ditargetkan akan dilaksanakan secara bertahap untuk 1.217.256 pelanggan pada akhir tahun 2023. Mencakup beberapa daerah seperti Sidoarjo (Jawa Timur), Magelang (Jawa Tengah), Bandung (Jawa Barat), Jakarta, Banten, Bali, Medan dan Makassar yang akan dimulai bulan Juni 2023 ini.
BACA JUGA:Pascapengumuman UTBK SBMPTN 2023, Ini Struktur Biaya Kuliah di 6 Universitas Ternama Indonesia!
Sebelumnya PLN telah memulai penelitian dan uji coba Smart Meter AMI kepada pelanggan di beberapa lokasi. Jumlah pelanggan yang telah menggunakan Smart Meter berbasis AMI hingga saat ini, sudah mencapai 103.615 pelanggan.
Menurut Darmawan, beberapa negara yang telah menerapkan Smart Meter AMI terbukti dapat menghemat penggunaan energi dan mengurangi biaya operasional untuk pembacaan meter secara langsung.
Sebagai contoh, penerapan AMI di Austria telah berhasil menghemat energi hingga 55 persen dan mengurangi biaya operasional hingga 19 persen. Sementara itu di Belanda, berhasil menghemat energi hingga 15 persen dan menurunkan biaya operasional hingga 15 persen.
Selain itu Darmawan mengatakan jika produk Smart Meter berbasis AMI ini tidak hanya bermanfaat untuk kelistrikan, tetapi dapat dikembangkan untuk berbagai bisnis di luar kWh.
BACA JUGA:Sebanyak 544.292 Guru PPPK Akhirnya Setara PNS, Kontrak Guru PPPK Dihapuskan Menjadi Sousinya!
"AMI juga dapat dikembangkan untuk produk di luar kWh. Mulai dari energi terbarukan, kendaraan listrik, internet, teknologi pertanian, perangkat pintar di rumah dan pembayaran pintar," pungkas Darmawan.