Jangan Keluar Rumah, Berikut Pengertian dan Larangan dalam Malam 1 Suro Berdasarkan Tradisi Jawa

Jangan Keluar Rumah, Berikut Pengertian dan Larangan dalam Malam 1 Suro Berdasarkan Tradisi Jawa

malam satu suro/Foto:Ilustrasi---freepik.com

Salah satu legenda yang populer adalah legenda Nyi Roro Kidul. Dalam legenda ini, Nyi Roro Kidul dipercaya sebagai sosok ratu pantai selatan yang memiliki kekuatan supranatural. 

BACA JUGA:Cek Sekarang! Ini Informasi Terbaru Penetapan NIP Guru PPPK Kanreg 7 BKN Palembang

Konon, Nyi Roro Kidul sangat terkait dengan perayaan Malam Satu Suro. Oleh karena itu, pada malam tersebut, masyarakat Jawa percaya bahwa Nyi Roro Kidul berada pada puncak kekuatannya dan berkuasa atas segala hal di laut.

 

Selain itu, terdapat juga kisah-kisah lain yang mengaitkan Malam Satu Suro dengan tradisi-tradisi Jawa kuno, seperti tradisi upacara adat atau perayaan roh nenek moyang. Meskipun tidak ada sumber yang pasti mengenai asal usul Malam Satu Suro, tradisi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Jawa dan terus dilestarikan hingga saat ini.

 

Malam Satu Suro memiliki makna dan signifikansi yang mendalam bagi masyarakat Jawa. Malam ini dianggap sebagai momen peralihan atau pergantian dari tahun yang lalu ke tahun yang baru. 

 

Secara simbolis, Malam Satu Suro mengandung arti bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk memulai lembaran baru, merenungkan perjalanan hidup, dan mengambil langkah-langkah positif ke depan.

 

Selain itu, Malam Satu Suro juga dianggap sebagai waktu yang sangat spiritual dan mistis. Beberapa masyarakat Jawa meyakini bahwa malam ini adalah momen ketika pintu-pintu antara dunia manusia dan dunia gaib terbuka lebar. 

BACA JUGA:Ucapan Selamat Tahun Baru Islam 1445 H: Menyambut Hijriah yang Baru

Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai ritual dan kegiatan spiritual, seperti berziarah ke makam nenek moyang, menggelar upacara adat, dan memohon berkah serta perlindungan dari yang Maha Kuasa.

 

Selama Malam Satu Suro, banyak orang juga berusaha untuk menjaga suasana yang tenang dan harmonis. Mereka menghindari konflik dan kekerasan, serta berusaha untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar. Aktivitas hiburan yang bising atau mengganggu juga dihindari sebagai bentuk penghormatan terhadap suasana sakral malam tersebut.

Sumber: