Pemasangan 'Stiker Miskin' Disebut Sebagai Shock Therapy

Pemasangan 'Stiker Miskin' Disebut Sebagai Shock Therapy

Pemasangan 'Stiker Miskin' Disebut Sebagai Shock Therapy--Reka Fitriani

Radarkepahiang.id - Pemasangan stiker atau labelisasi 'Keluarga Miskin' bagi penerima bantuan sosial di Kabupaten Kepahiang mendapat respon banyak pihak,  beberapa daerah menilai langkah tersebut tepat dan ada pula daerah yang tidak melakukan hal tersebut lantaran memandang psikologis anak-anak keluarga penerima manfaat. Namun, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Kepahiang H. Helmi Johan, M.Pd menjelaskan jika pemasangan stiker di rumah penerima bantuan sosial bisa dianggap sebagai bentuk shock therapy karena menimbulkan guncangan psikologis dan sosial yang kuat pada individu dan komunitas.

BACA JUGA:Era Digitalisasi Tingkat Kunjungan Menurun, Ini Strategi Perpusda Kepahiang

BACA JUGA:Dapat Bantuan Penanganan Sampah dari Pemprov Bengkulu, Kepahiang Kebagian 7 Kontainer

Tujuannya, adalah untuk mendorong penerima bantuan yang dianggap tidak layak, misalnya mereka yang sebenarnya mampu secara ekonomi agar merasa malu dan mundur dari daftar penerima bansos secara sukarela.

 

BACA JUGA:Pemkab Kepahiang Dukung Penerapan Digitalisasi Keuangan Daerah

BACA JUGA:Selangkah Lagi, 116 Ha Eks Lahan PT TUMS di Kepahiang Akan Dijadikan Fasilitas Umum

"Utamanya ini adalah pengawasan sosial, pemasangan stiker dibuat sebagai bentuk pengawasan sosial dari masyarakat. Dengan adanya stiker tersebut, masyarakat sekitar dapat ikut mengawasi apakah bantuan benar-benar diterima oleh pihak yang berhak," jelas Helmi.

 

BACA JUGA:Pipa PDAM Kepahiang Pecah, Distribusi Air Bersih ke 2,5 Ribu Pelanggan Mati Total

BACA JUGA:Dapatkan Rp59.000 Per Hari, Ini Trik Main Aplikasi Penghasil Uang Viral 2025

Kemudian, dijelaskan Helmi, pemasangan stiker 'Keluarga Miskin' bagi warga yang tercatat dan terdata sebagai penerima bantuan sosial ini guna mendorong kemandirian. Bagi pemerintah daerah, kebijakan ini dianggap efektif untuk mengurangi jumlah penerima bansos.

 

"Efek rasa malu akibat label 'Keluarga Miskin' diharapkan memicu mereka yang tidak benar-benar membutuhkan untuk mengundurkan diri dan berusaha lebih mandiri," jelas Helmi.

Sumber: