Sultan Agung Penguasa Kerajaan Mataram yang Tidak Toleran Menjadi Catatan Sejarah Kerajaan Islam Indonesia

Sultan Agung Penguasa Kerajaan Mataram yang Tidak Toleran Menjadi Catatan Sejarah Kerajaan Islam Indonesia

Ketegasan dan kekejaman sultan agung dalam masa kejayaannya/---republika.co.id

 

Upaya perdamaian dengan Bupati Tegal Kiai Rangga sebagai perantara pada April 1628 ditolak oleh VOC, yang kemudian memicu konflik. Mataram melancarkan serangan pertamanya ke Batavia pada tahun yang sama, tetapi harus menelan kegagalan. Dalam upaya yang dilakukan, pasukan Mataram harus menghadapi keterbatasan persenjataan, logistik, dan jarak yang terlalu jauh.

BACA JUGA:Sultan Amangkurat 1, Sebanyak 6.000 Ulama Dihabisi Menggunakan Peluru Meriam Kerajaan Mataram

Ketidakpuasan Sultan Agung dengan hasil ini menghasilkan keputusan menghukum mati komandan militer yang dianggap gagal, termasuk Tumenggung Bahureksa dan Pangeran Mandureja.

 

Pada tahun 1629, Mataram kembali melancarkan serangan ke Batavia dengan pimpinan Tumenggung Singaranu, Kiai Dipati Juminah, dan Dipati Purbaya. Namun, upaya Mataram tercium oleh VOC, yang menghancurkan lumbung-lumbung padi yang disiapkan Mataram.

 

Meskipun Mataram berhasil meruntuhkan sejumlah benteng Belanda, VOC dengan persenjataan yang lebih kuat berhasil menghentikan serangan Mataram.

 

Dalam upaya kedua melawan Batavia, serangan ini juga berakhir dengan kegagalan. Kematian Jan Pieter Coen, tokoh Belanda, menjadi salah satu peristiwa penting dalam konflik ini.

 

Walaupun Mataram gagal merebut Batavia, kepemimpinan Sultan Agung tetap mengilhami banyak orang sebagai contoh perjuangan dan pengorbanan dalam menjaga keutuhan dan martabat kerajaan. Kehadirannya di tengah-tengah sejarah tetap memberikan inspirasi bagi generasi masa kini.

BACA JUGA:3.000 Rakyat Kerajaan Dipaksa Minum Air Danau Hingga Kering, Kaisar Jie Bukti Kekejaman Cinta Terhadap Alkohol

Sumber: