Harga Gas Melon Tembus Rp 40 Ribu, IRT di SBU Pilih Masak Pakai Kayu

Harga Gas Melon Tembus Rp 40 Ribu, IRT di SBU Pilih Masak Pakai Kayu

RK ONLINE - Di tengah pandemi Covid-19 ini, ekonomi masyarakat sejatinya sulit lantaran banyak usaha tutup dan PHK terjadi dimana-mana. Kondisi kian diperparah dengan meroketnya harga elpiji khususnya ukuran 3 Kilogram yang dikenal dengan gas melon. Bagaimana tidak, di Kabupaten Rejang Lebong saat ini harga gas melon tembus Rp 40 ribu pertabung. Hal inilah membuat Ibu Rumah Tangga (IRT) lebih memilih masak menggunakan kayu bakar. Seperti disampaikan salah seorang IRT di Kecamatan Sindang Beliti Ulu (SBU) Desa Tanjung Heran, Aliyah. Dikatakannya, selain harganya mahal saat ini gas melon juga langka. "Harga biasanya hanya Rp 20 ribu, sekarang sudah Rp 40 ribu. Beberapa waktu lalu harganya (Gas melon, red) memang sudah naik menjadi Rp 30 ribu dan saat ini naik lagi. Selain harganya itu sudah terlampau mahal, untuk mendapatkannya juga susah karena langka di daerah kami ini," sampai Aliyah, Rabu (30/09/2020). Karena harga mahal dan untuk mendapatkannya susah, sambung Aliyah, dia bersama IRT lain di desanya memilih menggunakan kayu bakar untuk keperluan memasak. "Dibandingkan untuk beli gas hingga Rp 40 ribu, lebih baik dan lebih mudah kami pakai kayu bakar saja. Karena tinggal kami cari di hutan banyak kayu bakar. Kalau pun mudah didapatkan (Gas melon, red), kita saat ini lebih memilih kayu bakar. Karena tahu sendiri perekonomian sekarang lagi merosot-merosotnya, Rp 40 ribu itu bagi kami sudah besar," paparnya. Terkait hal ini, Kepala Disperindagkop UKM Kabupaten Rejang Lebong, Dwi Purnama Sari, S.Sos mengakui kalau gas melon saat ini susah didapat sehingga banyak masyarakat mengeluh. "Harganya juga sudah tidak lagi harga standar. Kami telah menurunkan tim untuk meninjau langsung ke lapangan seperti ke tempat-tempat distributor gas elpiji. Kita cari tahu penyebab kenaikan harga di tingkat pengecer," kata Dwi. Dwi menambahkan, gas elpiji 3 Kilogram Harga Eceran Tertinggi (HET) masih Rp 16.800. Karena itu akan dicari pihak yang tidak bertanggungjawab menjual gas elpiji 3 Kiligram di atas HET. "Kalau harga jual di warung kita tidak bisa perediksi ada yang menjualnya Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu pertabungnya tergantung dari jarak tempuh dan pemilik warung juga. Nah kalau sekarang dijual hingga Rp 40 ribu pertabung, ini ada yang tidak beres. Makanya kita akan cari tahu penyebabnya," demikian Dwi. Pewarta : Rahyadi Gultom Editor     : Candra Hadinata 

Sumber: