Catatan Harian Jurnalis yang Positif Covid-19 Selama Dikarantina (Bagian Kedua)

Catatan Harian Jurnalis yang Positif Covid-19 Selama Dikarantina (Bagian Kedua)

Berita Ini Dikutif dari PALPOS.ID   Hilangkan Kebosanan dengan Mengaji dan Buka Youtube
HARI ketiga di karantina, Jumat (29/05/2020), saya sudah mulai beradaptasi. Berada di kamar sendiri dan tidak boleh keluar kamar. Meskipun, terkadang masih sedikit melow, saat saya teringat anak yang masih berusia 1,2 tahun. Seluruh ibu pasti tahu perasaan saya, bagaimana terpisah dengan anak. Apalagi yang masih balita. Tapi, ini semua demi kebaikan orang yang saya sayangi. Sehingga, bisa memutus mata rantai penularan Covid-19. Saya masih harus menunggu untuk Swab kedua. Entah kapan dijadwalkan, yang jelas kata petugas medis di sini saya harus minum obat dulu, setelah itu baru  tes Swab lagi. Baca Berita Sebelumnya : Catatan Harian Jurnalis yang Positif Covid-19 Selama Dikarantina (Bagian Pertama) Bosan, sudah pasti. Saya yang biasanya aktif bergerak, keliling meliput bertemu dengan orang banyak, mengasuh anak, sekarang hanya bisa berada dalam kamar sendiri. Yang pasti di sini, harus siap banyak kuota untuk membunuh kebosanan. Buka Youtube, media sosial, Tik Tok, membaca berita di media online dan mengaji jadi kegiatan saya sekarang ini. Selain itu, olahraga dan berjemur juga jadi aktifitas saya sehari-hari sekarang. Saya juga diminta dokter untuk tidak stres dan harus terus berpikir positif. Olahraga di sini yakni senam yang dijadwalkan seminggu sekali masing-masing blok karantina. Kebetulan, di Blok C tempat saya karantina belum kena jadwal senam bersama. Jadi masing-masing olahraga sendiri. Saya lebih memilih berjalan-jalan mengelilingi blok sembari menggerakan tangan sekitar setengah jam. Setelah olahraga, dilanjutkan sarapan pagi sekitar pukul 07.00 WIB. Kemudian, kami berjemur matahari di balkon kamar masing-masing sekitar 15 menit. Biar sehat, dokter memberi saya cukup banyak obat dan vitamin. Ada sembilan jenis obat dan vitamin yang harus saya konsumsi setiap hari. Ada antivirus, seperti oseltamivir, ada juga hydrocloroquin yang diminum sehari dua tablet. Obat ini harus diminum setelah makan, karena ada sebagian yang merasakan agak mual setelah minum obat ini. Saya juga diberi antibiotik dan ada vitamin C. Agar lebih afdol, saya juga mengonsumsi obat herbal. Ada minum rebusan daun sungkai, yang katanya bisa meningkatkan imunitas tubuh. Ada juga obat herbal kiriman dari teman yang katanya juga ampuh. Ya..pokoknya demi kesehatan saya minum semua. Makanan di sini juga diperhatikan gizinya. Diberi makan tiga kali sehari. Pagi pukul 07.00 WIB, siang pukul 13.00 WIB dan malam pukul 18.30 WIB. Menunya beragam, yang pasti ada sayuran, lauk seperti ikan, ayam dan daging dan buah seperti pisang dan jeruk. Makanan tersebut sudah tersedia di meja makan yang letaknya di luar kamar. Kami tinggal keluar kamar mengambil makanan tersebut. Selain makanan, kami juga diberi snack pagi setiap pukul 10.00 WIB, dan sore pukul 15.00 WIB. Snacknya macam-macam, terkadang kue, martabak bahkan pempek juga ada. Setiap orang sudah dapat jatah sendiri di dalam kotak dan diberi nama, jadi tinggal mengambil sendiri di meja. Pasien yang dikarantina di sini, juga dipantau terus oleh tenaga medis melalui ponsel. Setiap pagi, pasien akan ditelepon dan ditanya apa keluhannya yang dirasakan. Seluruh pasien di sini juga masuk dalam grup WhatsApp. Kalau ada keluhan, bisa disampaikan di grup tersebut. Ya, ke depan saya berharap agar pandemi ini segera berakhir, sehingga kita bisa kembali hidup normal. (*/bersambung)

Sumber: