Di Pulau Enggano, Masyarakat Hanya Bisa Nikmati Listrik 12 Jam dalam Sehari

Di Pulau Enggano, Masyarakat Hanya Bisa Nikmati Listrik 12 Jam dalam Sehari

RK ONLINE - Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dikirim PT Pertamina menggunakan Kapal Self Propelled Oil Barge (SPOB) sudah tiba di Pulau Enggano. Pasca tibanya BBM, beberapa kelumpuhan akibat tidak adanya BBM berangsur pulih. Meskipun begitu, pendistribusian BBM ke Enggano kedepannya tetap diharapkan tetap dilakukan evaluasi terutama oleh PT Pertamina.

Sehingga masyarakat di Pulau Enggano dapat merasakan listrik hidup 24 jam dalam sehari layaknya masyarakat di daerah lain di Provinsi Bengkulu. Sebab sejauh ini, di Pulau Enggano Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) hanya dihidup 12 jam dalam sehari.

"Untuk listrik yang bersumber dari PLTD berkapasitas 1 Mega Watt juga sudah hidup, sebagaimana biasa yakni hanya 12 jam dalam sehari," ungkap Ketua Forum Komunikasi Kepala Desa (FKKD) Kecamatan Enggano, Redy Heloman Kaitora, S.Sos, Minggu (16/02/2020).

Dimana, lanjut Redy, di Pulau Enggano listrik hidup mulai dari jam 5 sore sampai 12 malam. Kemudian hidup lagi jam 5 pagi hingga 12 siang. "Jadi walaupun sudah ada PLTD, listrik di pulau kita ini hidupnya belum 24 jam. Kita awalnya berharap dengan adanya PLTD, listrik bisa bisa hidup 24 jam tetapi faktanya belum," sindir Redy. Baca Juga : Masyarakat Enggano Gugat Cerai Pemkab Bengkulu Utara

Disisi lain, Redy menyampaikan, dengan stock BBM yang baru tiba ini, palingan hanya bisa mencukupi kebutuhan BBM baik bagi PLTD ataupun warga hingga sebulan kedepan. "Kita harapkan dapat didistribusikan lagi, sebelum BBM benar-benar habis. Kemudian kita minta dalam pendistribusian BBM ini harus ada pembenahan, terutama PT Pertamina," kata Redy.

Mengingat, lanjut Redy, salah satu penyebab terhambatnya pendistribusian BBM ini, lantaran lambannya pembayaran ongkos angkut BBM pihak pengelola transportasi. "Ini sudah menjadi rahasia umum ditengah-tengah kita warga Enggano. Dimana untuk pendistribusian BBM ke Enggano tanggungjawab anak perusahaan PT Pertamina," ujar Redy.

Lebih jauh dikatakannya, anak perusahaan ini yang terkadang lamban membayar ongkos angkut, sehingga Kapal Fery Pulo Tello dan KM Perintis Sabuk Nusantara enggan membawa BBM. "Terkadang sampai berbulan-bulan baru dibayar. Jadi ini harus dibenahi oleh PT Pertamina, karena dengan kondisi ini akhirnya warga yang menjadi korban," demikian Redy. Pewarta : Febri Yulian Editor    : Candra Hadinata 

Sumber: