Bahkan para anggota perempuan ini tidak memiliki pengalaman sama sekali soal mendaki gunung dan terkesan santai seolah menganggap enteng. Mereka tidak menyiapkan logistik sehingga para laki-laki harus menyiapkan logistik untuk mereka. Parahnya lagi para perempuan yang akan berangkat ini, berdandan layaknya orang yang akan pergi jalan-jalan ke mall, berpakaian ketat, memakai celana jeans, mengenakan anting, lengkap dengan lipstik dan pernak pernik hiasan di wajah.
"padahal sudah ku ingatkan sebelumnya soal kebutuhan mendaki gunung" gerutu ku dalam hati.
Pada hari Jumat pagi menjelang keberangkatan, aku beserta ketujuh rekan ku menunggu bus di sebuah gang tidak jauh dari kediaman Rezi. Lucu, saat itu para "dayang-dayang" kami saat itu, masih berdandan layaknya akan pergi untuk acara pemotretan model.
Kami awalnya cuma pergi dengan 8 orang namun pada saat menunggu bus kebetulan, aku melihat seorang temanku bernama Bagas lewat dengan motornya. Aku melambaikan tangan dan dia pun berhenti agak jauh dari gang. Perlu diketahui kalau Bagas juga suka mendaki gunung ya.
Iseng, aku pun mengajak nya dengan sedikit berteriak. "Bagas bawa lah mobil kita mendaki Gunung Dempo," ujarku sedikit girang.
"Aku gak ada modal," jawabnya lesu.
"Modal aman," timbalku lantang.
Tanpa basa-basi dia pun berkata "Oke aku ambil mobil dulu".
Kamipun pastinya kegirangan karena dengan adanya mobil Bagas, tidak mengeluarkan banyak modal. Kesimpulannya tim kami pun berjumlah 9 orang dan Bagas sebagai sopir pribadi kami.
Singkat cerita, kami pun tiba di base camp Gunung Dempo dan mobil Bagas di parkirkan di base camp tersebut. Setelah melakukan registrasi, kami pun menginap di base camp terlebih dahulu karena kondisi telah sore, aku tidak mau mengambil resiko untuk mendaki pada malam hari dengan kondisi fisik yang kelelahan karena baru sampai dengan jarak perjalanan yang cukup jauh.