Pada akhirnya bunga yang menjadi biji kopi malah jauh lebih sedikit ketimbang beberapa tahun yang lalu.
"Produksi kopi berkurang, baik di Kepahiang maupun dunia. Seperti Brazil, Vietnam, Colombia termasuk di Indonesia. Padahal negara-negara ini adalah negara yang memproduksi kopi terbesar di dunia. Kalau saya survei ke lapangan, tahun ini sangat drastis turunnya. Bahkan penurunan produksi ini mencapai 50 persen," sesalnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Bupati Kepahiang ini menambahkan, kopi yang masuk di Kepahiang bukan hanya kopi Kepahiang. Melainkan kopi dari berbagai kabupaten yang ada di Provinsi Bengkulu, termasuk juga kopi dari provinsi tetangga (Sumsel).
Dijelaskannya, banyak petani kopi dari berbagai daerah ingin menjual kopi di Kabupaten Kepahiang. Karena harga kopi di Kepahiang ini terbilang cukup tinggi jika dibandingkan dengan daerah lainnya.
Hal itula yang kemudian membuat Kabupaten Kepahiang disebut sebagai kabupaten sentralnya kopi.
BACA JUGA:TERUNGKAP, Ternyata Ini Penyebab Rumah Waka II DPRD Kepahiang Kebakaran, Dinda: Kami Panik!
"Karena harga di Kepahiang cukup tinggi, itulah banyak petani dari luar masuk ke kita," pungkasnya.