Bersamaan dengan itu, dirinya mengatakan kalau pencapaian yang saat ini menjadi keberhasilan yang luar biasa bagi BSI ini juga ditopang pertumbuhan bisnis sehat dari segmen retail dan Wholesale. Serta peningkatan dana murah, baiknya kualitas pembiayaan, efektivitas dan efisiensi biaya serta Fee Based Income atau yang disebut FBI.
Selain itu, keberhasilan dalam membukukan laba bersih ini menurut Hery, ikut didukung oleh keberhasilan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang jumlahnya sebanyak Rp261,49 triliun atau tumbuh 12,11 persen YoY. Pertumbuhan pembiayaan 21,26 persen secara yoy ini, menjadi Rp 207,70 triliun.
Selanjutnya lever pertumbuhan 2,42 persen pada kualitas pembiayaan yang terjaga dengan baik berdasarkan NPF Gross serta peningkatan FBI BSI Mobile yang mencapai 67 persen YoY dengan nilai Rp 251 miliar. Total pembiayaan BSI hingga Desember 2022 lalu, mencapai Rp 207,70 triliun dengan porsi pembiayaan yang didominasi oleh pembiayaan konsumer, hingga Rp 106,40 triliun dengan persentase pertumbuhan 25,94 persen secara YoY. Begitu juga dengan pembiayaan Wholesale yang tumbuh hingga 15 persen secara YoY atau sebesar Rp 57,18 triliun dan pertumbuhan sebanyak 32,71 persen secara YoY pada pembiayaan mikro dengan nilai Rp 18,74 triliun.
Kemudian peningkatan pemahaman masyarakat terhadap literasi keuangan syariah yang terjadi di Indonesia saat ini, menjadi salah satu indikator yang mendorong tumbuhnya kinerja dan efektivitas layanan digital yang mampu menjangkau nasabah sesuai segmen.
"Keberhasilan ini menjadi bentuk apresiasi bagi BSI atas kepercayaan nasabah terhadap kinerja positif industri perbankan syariah di Indonesia. Selanjutnya secara Continue perseroan akan lebih Agile dalam mewujudkan BSI untuk mencapai posisi 5 teratas untuk pasar domestik dan top 10 pada level global," sampai Hery.
BACA JUGA:KABAR GEMBIRA! Usai Pengawas Desa dan Kelurahan, Bawaslu Buka Pendaftaran Pengawas TPS Pemilu 2024
Sedangkan dari sudut likuiditas, BSI mencatat keberhasilan DPK BSI hingga Rp 261,49 triliun. Ini didominasi tabungan Wadiah yang mencapai Rp 44,21 triliun dan berada di peringkat ke 5 untuk tabungan secara nasional dengan nasabah BSI yang jumlahnya mencapai 17,78 juta nasabah. Terang saja pencapaian dan keberhasilan ini ikut berpengaruh positif terhadap rasio Cost of Fund (CoF) BSI yang menjadi 1,62 persen.
Rasio keuangan BSI juga solid, tumbuh dan terintermediasi dengan baik. Terlihat dari ROE (Return of Equity) sebesar 16,84 persen dan Return of Asset (ROA) sebanyak 1,98%. Bukan cuma itu saja, untuk sisi biaya BSI juga mencatat efektifitas dan efisiensi digambarkan melalui rasio Biaya Operasional (BOPO) dengan persentase 75,88 persen.
Dengan dasar keberhasilan dan pencapaian ini pula sambung Hery, BSI sangat optimis jika kinerja positif tahun 2022 ini, terus berlanjut di tahun 2023. Ditambah lagi perseroan yang fokus untuk membangun Islamic Ecosystem dan memperkuat Ziswaf untuk kepentingan umat.
"Melalui Business model layanan keuangan, sosial dan spiritual yang dapat menjawab segala kebutuhan nasabah, BSI siap membawa babak baru industri keuangan syariah," tegas Hery.