RK ONLINE - Beberapa perusahaan operator angkutan umum di Provinsi Bengkulu mulai menaikkan tarif pascakenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan rata-rata kenaikan mencapai 20 hingga 30 persen dari semula.
Menanggapi hal ini, Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Hj Riri Damayanti John Latief mengatakan, kenaikan harga BBM telah sejak lama diperkirakan akan ikut menekan daya beli hingga menurunkan pertumbuhan ekonomi.
"Alhamdulillah belum lama ini di Bengkulu tingkat inflasi masih terkendali. Mudah-mudahan capaian ini bisa dipertahankan atau diestimasi ulang mengingat BBM baru saja naik," kata Hj Riri Damayanti John Latief, Selasa (13/9).
Wakil Ketua Umum BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Provinsi Bengkulu ini juga mengingatkan pentingnya pemerintah daerah untuk memastikan bahwa angka kemiskinan tidak semakin membengkak dengan kenaikan BBM tersebut.
"Bengkulu jangan sampai juara terus dalam hal angka kemiskinan. Sebelumnya kita sudah begitu terpukul dengan pandemi Covid-19. Kenaikan BBM ini ujian baru yang harus dihadapi dengan ketangguhan yang lebih hebat lagi," ujar Hj Riri Damayanti John Latief.
Alumni Magister Manajemen Universitas Bengkulu ini menuturkan, pemerintah daerah harus secara giat dan aktif dalam menjemput dan mendistribusikan program bantuan langsung tunai kepada kelompok paling rentan.
"BLT ini jumlahnya memang tergolong kecil. Saya sudah minta agar jumlahnya diperbesar. Tapi setidaknya bisa sedikit meringankan beban masyarakat di tengah kenaikan harga-harga, paling tidak untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, terutama makanan," tandas Hj Riri Damayanti John Latief.
Dewan Penasehat Karang Taruna Provinsi Bengkulu ini menambahkan, pemerintah tak perlu sungkan mengkoreksi kebijakan kenaikan BBM ini bilamana kedepan terbukti akan menimbulkan kemarahan sosial besar-besaran di kalangan masyarakat.
"Menaikan BBM harus hati-hati, tapi untuk menurunkannya pemerintah tidak perlu pikir panjang. Apalagi kalau ditujukan sebagai upaya untuk menyelamatkan roda perekonomian masyarakat. Untuk subsidi pemerintah jangan pelit, tapi untuk kebutuhan pegawai pemerintah boleh irit," tutup Hj Riri Damayanti John Latief.
Sebelumnya, Gubernur Bengkulu, Dr. H. Rohidin Mersyah menjelaskan bahwa inflasi di Bumi Rafflesia masih dapat dikendalikan, walaupun ada beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga.
Diungkapkan Gubernur Rohidin, Bengkulu masuk menjadi provinsi kedua tertinggi pertumbuhan ekonominya se Sumatera untuk semester pertama, dengan urutan pertama Provinsi Lampung.
“Inflasi kita masih di angka terkendali, termasuk di dalam standar rata-rata nasional, namun ada beberapa komoditas terutama cabe, juga telur ayam memang ada peningkatan harga tetapi di dalam 1 – 2 bulan terakhir sudah mulai landai,” papar Gubernur Rohidin, beberapa waktu yang lalu. (**)