Pemerintah Diminta Tidak Tinggal Diam
RK ONLINE - Harga cabai merah perlahan tapi pasti terus menanjak dalam tiga pekan terakhir. Harga cabai merah lokal kini tembus Rp 75 ribu per kilogram di tingkat petani. Hanya saja di tengah berkah petani menikmati tingginya hargai cabai tersebut, petani juga kewalahan dengan pupuk. Selain langka di pasar, harga pupuk memberatkan para petani. Kondisi ini pun berdampak pada produksi cabai merah menurun. Dengan kata lain, tingginya harga jual cabai merah tidak sepenuhnya menggembirakan para petani.
Seperti diungkapkan petani cabai asal Desa Pelangkian, Miming Sulung Berjaya. Dia mengatakan, untuk bertani cabai, petani harus merogoh modal cukup besar. "Kalau di tingkat petani seperti kami, saat ini harga komoditas cabai dijual Rp75 ribu perkilogramnya. Tetapi harga jual itu tidak sebanding dengan mahalnya harga pupuk. Belum lagi tanaman cabai ini memerlukan perawatan yang cukup ekstra," kata Miming.
Dia melanjutkan, rata-rata biasanya harga pupuk berbagai jenis itu hanya menghabiskan Rp 480 ribu per setengah Ha lahan yang ditanami cabai. Namun, saat ini harga bahan-bahan pupuk yang diperlukan petani cabai menghabiskan dana mencapai Rp 1,2 juta. Mengenai hal itu, dia mewakili petani cabai yang ada di Kabupaten Kepahiang berharap pemerintah dapat mencari solusi terkait kenaikan harga pupuk.
"Petani cabai sangat tergantung dengan pupuk, karena komoditas jenis ini membutuhkan perawatan yang cukup ekstra agar menghasilkan buah yang baik. Harapannya pemerintah ada solusi dengan kenaikan harga pupuk ini," ujar Miming.
Dia mengakui melonjaknya harga cabai merah dalam beberapa pekan ini akibat kenaikan harga pupuk dan cuaca yang cukup ekstrem, sehingga mengurangi pasokan produktivitas cabai pada beberapa wilayah. Tidak sedikit pula petani cabai mendapatkan hasil yang tidak maksimal karena persoalan pupuk serta pengaruh cuaca. (rfm)