Jadi Virus Paling Berbahaya di Dunia, Ini Sejarah Singkat HIV/AIDS

Jadi Virus Paling Berbahaya di Dunia, Ini Sejarah Singkat HIV/AIDS

Sejarah kasus Hiv pertama di dunia--Dok/Net

Jadi Virus Paling Berbahaya di Dunia, Ini Sejarah Singkat HIV/AIDS

RK ONLINE - Human Immunodeficiency Virus atau yang biasa dikenal sebagai HIV adalah virus mematikan dari dua spesies lentivirus penyebab AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi.

Banyak kasus kematian yang disebabkan oleh virus HIV ini, hal inilah yang menjadikan HIV/AIDS sebagai salah satu virus yang paling berbahaya di dunia.

BACA JUGA:Gegara Ulah Oknum Ormas, Kabupaten Seluma Jadi Sorotan Netizen se Indonesia!

Namun hanya segelintir orang saja yang mengetahui bagaimana virus HIV/AIDS ini bisa ditemukan, siapa penderita pertamanya dan bagaimana dokter dan ahli menyikapinya.

Untuk menjawab semua rasa penasaran tersebut, kali ini Radarkepahiang.id akan mengulasnya secara singkat. Berikut ulasannya:

Sejarah HIV

BACA JUGA:ASN Jangan Bolos Ya, Upacara Bendera HUT Kabupaten Kepahiang ke 20 Dilaksanakan Hari Minggu

Pada tahun 1983, Jean Claude Chermann dan Françoise Barré-Sinoussi ilmuan dari Prancis berhasil mengisolasi HIV untuk pertama kalinya dari seorang penderita sindrom limfadenopati.

Pada awalnya, virus itu disebut ALV (lymphadenopathy-associated virus). Bersama dengan Luc Montagnier, mereka membuktikan bahwa virus tersebut merupakan penyebab AIDS.

Pada awal tahun 1984, Robert Gallo dari Amerika Serikat juga meneliti tentang virus penyebab AIDS yang disebut HTLV-III. Setelah diteliti lebih lanjut, terbukti bahwa ALV dan HTLV-III merupakan virus yang sama dan pada tahun 1986, istilah yang digunakan untuk menyebut virus tersebut adalah HIV, atau lebih spesifik lagi disebut HIV-1.

BACA JUGA:Aturan Resmi Belum Diterbitkan, Kenaikan Gaji PNS Tahun 2024 Mulai Berlaku Januari

Tidak lama setelah HIV-1 ditemukan, suatu subtipe baru ditemukan di Portugal dari pasien yang berasal dari Afrika Barat dan kemudian disebut HIV-2.

Melalui kloning dan analisis sekuens (susunan genetik), HIV-2 memiliki perbedaan sebesar 55% dari HIV-1 dan secara antigenik berbeda. 

Sumber: