9 Fakta Unik Seputar Peringatan Hari Sumpah Pemuda yang Jarang Diketahui
9 Fakta Unik Seputar Peringatan Hari Sumpah Pemuda yang Jarang Diketahui/---freepik.com
9 Fakta Unik Seputar Peringatan Hari Sumpah Pemuda yang Jarang Diketahui
RK ONLINE - Hari Sumpah Pemuda (HSP) merupakan salah satu momen bersejarah penting bagi bangsa Indonesia yang selalu dirayakan setiap tahun pada tanggal 28 Oktober. Tahun 2023 menandai peringatan HSP yang ke-95 tahun sejak peristiwa bersejarah pada tahun 1928.
Tema HSP tahun ini adalah 'Bersama Majukan Indonesia', yang menggarisbawahi semangat kolaborasi dalam memajukan Indonesia. Namun, dibalik tema tersebut, ada fakta-fakta unik tentang peringatan HSP yang jarang diketahui:
- Awalnya Tak Berjudul: Ikrar Sumpah Pemuda, yang menjadi tonggak penting dalam sejarah bangsa, awalnya tidak memiliki judul. Rumusan ini dirumuskan oleh Mohammad Yamin pada selembar kertas tanpa judul. Nama "Sumpah Pemuda" muncul beberapa hari setelah Kongres Pemuda berlangsung. Meskipun begitu, tanggal peringatan HSP tetap pada tanggal 28 Oktober.
BACA JUGA:Semangat 45! Berikut Ini Ucapan Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2023 yang Sangat Menginspirasi
- Dibuka di Gereja: Pada hari pertama Kongres Pemuda II, yakni 27 Oktober 1928, acara ini digelar di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB) yang berada di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Pemilihan gereja sebagai tempat penyelenggaraan karena memiliki aula yang cukup besar untuk menampung peserta kongres.
- Menggunakan Ejaan Van Ophuysen: Ternyata, naskah Sumpah Pemuda ditulis dengan menggunakan ejaan Van Ophuysen, sebuah ejaan yang digunakan pada masa itu untuk menulis kata berbahasa Melayu. Hal ini dilakukan agar naskah bisa dimengerti oleh orang-orang Belanda.
- 'Merdeka' Jadi Kata Terlarang: Kata "Merdeka" menjadi kata terlarang dalam kongres tersebut dan mendapat perhatian khusus dari pihak Belanda. Yel-yel "Merdeka" yang sering kali berkumandang, terutama sejak Kongres pertama, membuat polisi Belanda mengawasi dengan ketat jalannya Kongres.
- Diikrarkan di Rumah Orang Tionghoa: Gedung tempat dibacakan Sumpah Pemuda adalah asrama pelajar milik keturunan Tionghoa bernama Sie Kok Liang. Peran anak-anak muda keturunan Tionghoa cukup besar dalam Kongres Pemuda II, yang memainkan peran penting dalam peristiwa tersebut.
Sumber: