Muhammad Munir, Sosok Pemuda Bercahaya Dalam Kegelapan Asal Kepahiang

Muhammad Munir, Sosok Pemuda Bercahaya Dalam Kegelapan Asal Kepahiang

Muhammad Munir (Topi kuning) menerima penghargaan sebagai difabel netra berprestasi dari Kemenpora RI--

Yatim Piatu dan Tuna Netra

RK ONLINE - Keterbatasan bukanlah penghalang kesuksesan, ini sudah dibuktikan oleh salah satu pemuda asal Kabupaten Kepahiang yang belum lama ini mendapatkan penghargaan dari Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda 2022. 

Baca berita selengkapnya, Jimmy Mahendra.

 

Muhammad Munir (22), warga Kelurahan Padang Lekat Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Putra sulung dari pasangan Muhammad Amrai dan Pasari ini, merupakan seorang pria berstatus disabilitas karena tuna netra. Munir memiliki 2 orang adik yang bernama Meri Sartika (20) dan Afri Mulkan (18). 

 

Bak ombak di tepi pantai yang pasang, cobaan juga silih berganti dialami Munir dan kedua adik tercintanya. Seperti pertengahan Agustus lalu, merupakan bulan duka bagi Munir sekeluarga. Belum habis air mata lantaran ditinggal oleh sang ayah tercinta 2020 lalu, kini Munir dan adik - adiknya juga harus merelakan kepergian 'surga' mereka lantaran sang ibu juga dipanggil yang kuasa dan meninggal dunia akibat sakit yang sudah dideritanya sejak lama. 

BACA JUGA:Ratusan Disabilitas Belum Tersentuh Bantuan

Kini Munir dan adik-adiknya harus saling bahu membahu untuk melanjutkan hidup. Di rumah yang diperoleh dari bantuan Baznas 2019 lalu, kini ketiganya harus saling melengkapi satu sama lain. Tidak ada lagi kasih sayang sang ayah, tidak ada lagi kasih sayang sang ibu. Semuanya hanya tinggal kenangan dan tersisa hati yang kuat agar ketiganya bisa tegar menjalani kehidupan sebagai yatim piatu. 

 

Kehidupan yang keras ini ternyata membuat Munir dan kedua adiknya tidak gampang menyerah begitu saja. Dengan segala keterbatasan yang mereka miliki, Munir dan kedua adiknya kini menjadi lebih mandiri meskipun tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Saat ini Munir bekerja sebagai guru mengaji dengan memanfaatkan Handphone genggam yang dia miliki, Meri berdagang tahu crispy sementara si bungsu, bekerja sebagai pencuci kendaraan di salah satu steam di Kelurahan Pasar Ujung.

 

"Saya mengidap sakit Difabel Netra sejak usia 2 tahun. Dulu mamak (panggilan ibu) cerita kalau saya ini terkena penyakit sisik atau yang sekarang ini disebut kurang gizi," ujar Munir Kepada Radarkepahiang.id.

 

Sumber: