NTP Kembali Anjlok

NTP Kembali Anjlok

DOK/RK : Perkembangan NTP Provinsi Bengkulu bulan Juli 2022--

RK ONLINE - Setelah sebelumnya sempat turun 5,01 persen, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu mencatat pada Juli 2022 Nilai Tukar Petani (NTP) Bengkulu kembali anjlok sebesar 8,47 persen dari bulan sebelumnya 120,66 turun menjadi 110,43.

Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Ir. Win Rizal, ME melalui Koordinator Fungsi Statistik Distribusi BPS Provinsi Bengkulu, Budi Hardiyono, S.Si, M.E mengungkapkan, penurunan ini dipengaruhi oleh tiga subsektor pertanian. Yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 0,64 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat 10,93 persen dan subsektor perikanan sebesar 1,53 persen. 

"Sedangkan dua subsektor lainnya yakni subsektor hortikultura sebesar 5,52 persen dan subsektor peternakan mengalami kenaikan sebesar 2.05 persen," papar Budi.

Selain itu, penurunan NTP juga disebabkan terjadinya karena  indeks harga yang diterima petani (lt) turun sebesar 8,04 persen, sementara indeks harga yang di bayar petani (lb) atau barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian naik 0,47 persen. 

Adapun penurunan It di bulan Juni ini disebabkan turunnya secara signifikan lt pada tiga subsektor pertanian, yaitu subsektor perkebunan rakyat sebesar 10,50 persen, subsektor tanaman pangan 0,18 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,33 persen. 

"Sedangkan subsektor Hortikultura sebesar dan subsektor peternakan mengalami kenaikan sebesar persen 5,70 dan sebesar 2,49 persen," ungkap Budi. 

Sementara itu, kenaikan indeks harga yang dibayar oleh petani disebabkan oleh kenaikan nilai Ib pada seluruh subsektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 0,46 persen, subsektor hortikultura sebesar 0,17 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,49 persen, subsektor peternakan sebesar 0,43 persen, dan subsektor perikanan sebesar 1,22 persen.

Dengan penurunan  NTP sebesar 8,47 persen, Provinsi Bengkulu menempati urutan keempat penurunan tertinggi di wilayah Sumatera. Serta dari 10 Provinsi di Sumatera hanya Kepulauan Riau yang mengalami peningkatan sebesar 1,70 persen. Sedangkan penurunan tertinggi pada Provinsi Riau sebesar 11,43 persen. (gju)

Sumber: