Daerah Zero PMK Dihimbau Waspada

Daerah Zero PMK Dihimbau Waspada

DOK/RK : Kepala Disnakeswan Provinsi Bengkulu, Syarkawi--

RK ONLINE - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Bengkulu mencatat  jumlah ternak yang terpapar wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) telah mencapai angka 5.033 kasus. Jumlah ini tersebar di 8 wilayah kabupaten kecuali Kabupaten Lebong dan Kota Bengkulu.

Kepala Disnakeswan Provinsi Bengkulu, drh. Muhammad Syarkawi mengimbau daerah yang zero PMK atau belum ditemukannya kasus, untuk tetap waspada karena potensi penyebaran wabah sangat tinggi terjadi disetiap wilayah. 

"Kita minta peternak di daerah yang belum ditemukan PMK untuk waspada," katanya.

Secara kumulatif kasus PMK yang telah mencapai angka 5.033 kasus dan tercatat kasus tertinggi terjadi di Kabupaten Bengkulu Selatan sebanyak 2.276 kasus. Angka ini disusul Kabupaten Rejang Lebong sebanyak 1.086 kasus, Kaur 524 kasus, Bengkulu Tengah sebanyak 489 kasus, Seluma sebanyak 243 kasus, Kepahiang sebanyak 167 kasus, Bengkulu Utara sebanyak 155 kasus dan wilayah dengan kasus terkecil yakni Kabupaten Mukomuko sebanyak 93 kasus.

"Selain ini, saat ini masih menyisakan 3.237 kasus aktif dan ada 30 kasus kematian serta 15 ternak dipotong bersyarat," ujar Syarkawi. 

Kasus ternak mati ini tersebar di Kabupaten Bengkulu Utara sebanyak 9 kasus, Rejang Lebong sebanyak 7 kasus, Bengkulu Selatan 11 kasus, Mukomuko 1 kasus serta Kabupaten Kaur sebanyak 2 kasus. 

Dalam upaya memaksimalkan penanganan kasus penyebaran PMK di wilayah Bengkulu Disnakeswan telah melakukan upaya antisipasi. Salah satu upaya tersebut yakni memberikan vaksinasi PMK, dimana vaksinasi yang dialokasikan sebesar 8.300 dosis telah disuntikkan sebanyak 7.680 dosis kepada hewan ternak dan masih tersisa 620 dosis yang belum digunakan. Selain itu, peternak juga dihimbau untuk rutin memberikan jamu atau vitamin, hingga menjaga kebersihan kandang ternak. 

"Penyebaran PMK ini sangat tinggi walupun tingkat kematian rendah. Namun harus terus diupayakan pencegahan dan pengendaliannya karena wabah ini berimbas pada perekonomian," demikian Syarkawi. (gju)

Sumber: