Pengusaha RM Terancam Gulung Tikar
RK ONLINE - Imbas dari Minyak Goreng (Migor) yang langka, mulai merembet dan dirasakan sejumlah pengusaha Rumah Makan (RM) di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Tidak hanya mengurangi menu yang dihidangkan, langkanya Migor saat ini membuat beberapa pengusaha RM terpaksa tutup dan terancam gulung tikar. Seperti yang dialami Surya, pemilik RM Putra Sayo Kelurahan Dusun Kepahiang Kecamatan Kepahiang, Kamis (10/3/22). Dirinya mengaku terpaksa menutup warungnya, karena kesulitan terhadap Migor yang semakin hari semakin langka. Bukan hanya hari ini saja, Surya mengatakan kalau beberapa hari sebelumnya, usaha yang digelutinya ini juga sempat tutup karena persoalan yang sama. "Sebelum hari ini, ada 2 hari kami tutup juga karena tidak ada minyak goreng," ungkap Surya. Selain langka dan sulit didapatkan, Surya juga mengungkapkan jika rata - rata pedagang menjual Migor tidak sesuai ketentuan Harga Tertinggi Eceran (HET). Bahkan menurutnya beberapa oknum pedagang sempat menjual Migor dengan harga yang jauh lebih mahal dari biasanya. "Kalau situasi dan kondisinya seperti ini, sudah tidak cocok lagi untuk usaha RM di Kepahiang ini. Karena selain sulit mendapatkannya, harga minyak ini juga sudah melambung tinggi melebihi batas harga normalnya," sesal Surya. Namun untuk sementara Surya mengatakan kalau dirinya mensiasati situasi ini dengan cara membeli Migor langsung di luar Provinsi Bengkulu, tepatnya di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). "Untuk sementara bisalah disiasati seperti ini. Tapi kalau situasi ini berkepanjangan, mungkin saya dan pengusaha RM lainnya akan lebih memilih untuk tutup saja," pungkasnya. Baca juga : Gara – gara Migor Izin 5 Toko Terancam Dicabut Di tempat terpisah owner RM Cahaya Pagi Kabupaten Kepahiang, Imelda mengungkapkan kalau situasi ini, sudah mempengaruhi penghasilan RM dan usaha gorengan yang digelutinya. Bahkan menurutnya selain terpaksa pengurangan menu makanan, dirinya juga terpaksa menghentikan usaha gorengan yang ditekuninya karena stok Migor miliknya sudah tidak memadai. "Hari ini tetap buka, hanya saja menunya sedikit. Kami tidak bisa masak banyak karena tidak dapat stok Migor," ujar Imelda. Wanita yang akrab disapa Melda ini menjelaskan bahwa dalam 2 hari ini, dirinya terpaksa mengganti Migor dengan margarin. Namun tetap saja menggantikan Migor dengan margarin, membuat biaya yang dikeluarkan semakin membengkak. "Saya dalam 2 hari belakangan ini menggoreng menggunakan margarin. Sebab lebih sehat dan harganya juga hanya sedikit lebih tinggi dari harga Migor yang sekarang," lanjutnya. Di sisi lainnya Imelda juga mengeluhkan mahalnya Migor di pasaran saat ini, membuat dirinya khawatir tidak dapat memenuhi kebutuhan sekolah anaknya. "Kalau saya tidak jualan anak saya bisa saja putus sekolah. Jadi saya harus mencari langkah lain. Ekonomi keluarga sekarang ini sedang sulit, saya tidak mampu untuk membeli Migor dengan harga yang sangat mahal ini. Sedangkan kebutuhan Migor untuk memasak bisa sampai 4 liter dalam sehari," tandasnya. Pewarta : Jimmy Mayhendra
Sumber: