Neli dan Keluarga Tinggal di Gubuk Bambu Lantai Tanah

Neli dan Keluarga Tinggal di Gubuk Bambu Lantai Tanah

RK ONLINE - Neli, petani kopi warga Desa Tebing Penyamun Kecamatan Tebat Karai Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu, bersama suami dan dua anaknya tinggal di rumah berdindingkan bambu dan berlantai. Rumah Neli yang berada tidak jauh dari rumah adiknya belum tersentuh bantuan bedah rumah. Padahal bisa dikategorikan sebagai Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu). Kepada Radarkepahiang.Id, Sabtu (23/01/2021) Neli mengatakan, pada tahun 2012 silam dirinya pernah membangun sebuah pondok di kebun untuk dijadikan tempat tinggal bersama suami dan dua orang anaknya. Hal ini dilakukan, lantaran Neli dan suami tidak memiliki cukup uang untuk membeli rumah. Kayu yang semakin lama kian melapuk, membuat pondok yang didirikan di kebun roboh. "Tidak ada biaya untuk membangun rumah, pada tahun 2012 yang lalu saya dan suami saya membangun sebuah pondok di kebun untuk tempat tinggal kami. Itu pun roboh pada tahun 2020 lalu. Suami saya berinisiatif membangun gubuk dari bambu di dekat rumah adik saya, dan di sana kami tinggal sekarang," terangnya. "Kami ada keinginan mendirikan rumah. Keterbatasan ekonomi membuat hal itu hanya sebatas cita - cita saja. Jangankan mau mendirikan rumah untuk makan kami saja susah," sambungnya. Lebih lanjut, Neli mengatakan bahwa pernah ada program bedah rumah yang masuk di desanya. Namun entah kenapa, dirinya dan keluarga tidak tersentuh bantuan bedah rumah tersebut. "Pernah ada program bedah rumah di desa ini. Namun tidak tahu kenapa kami tidak dapat," lirihnya. Keluhan berlanjut, Neli mengaku kedua anaknya kerap kedinginan ketika tidur malam hari. Hal ini disebabkan karena dinding rumahnya hanya terbuat dari bidai bambu. Lubang yang ada membuat angin masuk kedalam rumahnya. Terlebih ketika hujan turun, air dapat masuk ke dalam rumah sebab atap rumahnya juga bocor. "Banyak lubang, karena memang terbuat dari bidai bambu. Anak saya sering kedinginan. Kondisi rumah saya bisa dikategorikan kurang layak, sebab ketika hujan angin air masih bisa masuk," demikian Neli. Pewarta: Guntur Alamsyah Editor     :  Candra Hadinata

Sumber: