Harga Sayuran Petani Anjlok, DPRD Minta Pemkab Turun Tangan

Harga Sayuran Petani Anjlok, DPRD Minta Pemkab Turun Tangan

RK ONLINE - Di tengah pendemi Covid-19 ini, ekonomi khususnya masyarakat lesu yang berdampak terhadap menurunnya daya beli. Belakangan ini, masalah masyarakat terutama petani di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu kembali diuji dengan turunnya anjloknya harga sayuran. Bahkan petani sayuran diantaranya ada yang memilih untuk tidak lagi mengelola kebunnya. Terkait hal ini Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Rejang Lebong, Ngadiono meminta Pemkab Kabupaten Rejang Lebong membantu mencari solusi supaya ke depan sayuran petani kembali berharga. "Petani ngeluh harga sayuran mereka anjlok, eksekutif jangan diam saja. Harus cari solusi agar harga sayuran ini bisa berharga kembali," kata Ngadiono, Minggu (11/10/2020). Pemerintah daerah, lanjut Ngadiono, dapat mencari pasaran di luar daerah. Kemudian memfaslitasi penjualan sayuran petani ke luar daerah. "Kan memang sudah hukum pasar, kalau barang banyak harga turun. Kondisi ini jangan dibiarkan berlarut, kasihan petani kita. Coba pemerintah mengambil langkah, misal mensurvey pasar mana saja di Provinsi Bengkulu ini butuh sayuran. Kalau sudah ketemu, fasilitasi petani menjual sayurannya ke pasar tersebut," paparnya. Jika tidak diambil langkah strategis dan cepat, sambung Ngadiono, maka petani akan merugi dan tidak bisa kembali mengelola kebunnya ke depan. Terlebih di masa pandemi Covid-19 sekarang ini. "Memberikan bantuan langsung, mungkin sulit karena anggaran banyak terserap untuk pencegahan dan penanganan Covid-19. Jadi, pemerintah harus cari cara lain untuk membantu petani. Seperti yang saya katakan tadi yakni mencari tempat menjual sayuran petani yang harganya jualnya masih tinggi," jelas Ngadiono. Kalau dibiarkan tambah Ngadiono, maka petani merugi dan tidak punya modal untuk bertani kembali nantinya. "Kan sekarang informasi yang kami dapatkan bahwa petani sudah ada yang memilih untuk tidak lagi mengelola kebun mereka. Ini hal yang wajar kami rasa sebab mengelola kebun itu bukan hanya butuh tenaga tapi juga butuh modal. Nah mereka tahu kalau harga jual turun, ya untuk apa lagi mengelolanya. Kalau ada solusi dari pemerintah, tentu mereka itu akan tetap semangat mengelola kebun mereka," tegas Ngadiono. Dinas Pertanian ke depan, lanjut Ngadiono, harus mengatur waktu dan zona tanam. Ini ditujukan agar petani tidak serentak bercocok tanam, apalagi itu dengan satu jenis tanaman. Karena akan berdampak terhadap harga jual nantinya. Kalau waktu dan apa yang ditanam berbeda - beda, maka harga jualnya nanti kita yakin akan tetap normal. "Karena jumlah barang dan kebutuhan seimbang. Dilain sisi, hasil penennya juga harus berkualitas sehingga bisa dijual di super market dan lainnya," demikian Ngadiono. Pewarta : Rahyadi Gultom Editor     : Candra Hadinata 

Sumber: