Musuh Saat Bulan Suci Ramadhan, Begini 4 Jenis Hawa Nafsu Menurut Islam

Senin 04-03-2024,15:43 WIB
Reporter : Jimmy Mayhendra
Editor : Hendika

Musuh Saat Bulan Suci Ramadhan, Begini 4 Jenis Hawa Nafsu Menurut Islam

RK ONLINE - Hawa nafsu adalah sesuatu yang bersifat netral dan dapat dikendalikan oleh setiap manusia. Namun jangan salah, kebanyakan manusia yang malah dikendalikan dan diperbudak oleh hawa nafsu. 

Hal ini kemudian mendorong seseorang untuk berperilaku buruk dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, apalagi menjelang bulan suci Ramadhan ini nanti, hawa nafsu adalah hal yang paling berpotensi untuk mengalahkan iman manusia, sehingga pada saatnya tiba nanti, kita seharusnya memerangi hawa nafsu hingga memperoleh kemenangan di hari yang fitri.

Al-Quran menyebut ada empat jenis nafsu yang berada dalam setiap jiwa manusia, yaitu nafsu ammarah, lawwamah, mulhamah, dan muthmainnah.

BACA JUGA:Tips Mudah Merawat Warna Cat Dinding Agar Tetap Cerah dan Awet

Jenis An-Nafsu al-Ammarah menurut Islam tertuang di dalam, Qs. Yusuf 53 yakni nafsu atau ruh yang senantiasa mengajak ke dalam kejelekan, keburukan dan kejahatan. Sementara An-Nafsu al-Lawwamah di dalam Qs. Al Qiyamah 2 adalah nafsu atau ruh yang senantiasa menyesali, meratapi dan menyadari atas perbuatan dosa yang dilakukannya.

Bukan cuma itu saja, ada juga An-Nafsu al-Muthmainnah di dalam Qs. Al Fajr 28 adalah nafsu atau ruh yang tenang, tidak ada rasa takut dan khawatir atas kepastian janji Allah. Ialah ruh yang sampai pada tingkat kedamaian dan ketenangan. Ia senantiasa menerima atas kehendak Allah (radhiyah), dan iapun direstui kehadiarannya kembali kepada Allah (mardhiyyah).

Sementara An-Nafsu Al-Mulhamah dalam Qs. Asy Syams 8 adalah nafsu, ruh atau jiwa yang selalu berada dalam bimbingan dan bisiskan Allah. Seluruh gerak gerik, tingkah laku, dan kehendaknya berada dalam ilham, bimbingan dan kehendak Allah.

BACA JUGA:Anggota Komisi X DPR RI dan Mendikbudristek Beri Opsi Rekrutmen Pustakawan Harus Diprioritaskan

Jika melihat urutannya sebagaimana disebut dalam al-Quran, nafsu mulhamah berada di paling puncak diikuti nafsu muthmainnah, lawwamah dan paling rendah nafsu ammarah.

Dalam literatus Tasawwuf, nafsu mulhamah menjadi puncak capaian tertinggi seorang hamba melalui setiap ibadah ritual yang dilakukannya. Seorang yang mencapai tingkatan nafsu ini, maka seluruh hidupnya berada dalam kehendak dan firman atau ilham Allah. Tidak ada Kehendak individu di dalamnya.

Jika kehendak seorang adalah kehendak Allah, maka ia akan bertindak, bersikap, bertakhalluq seperti akhlak Allah. Ia akan menghormati, memberikan kehidupan kepada siapapun, ia memuliakan kemanusian, ia akan menerima keragaman sebagai sunnatullah, ia akan memberikan rasa aman kepada siapapun, ia akan berbagi kepada sesama, kasih sayangnya akan mengalahkan amarahnya, ia akan mengutamakan kepentingan umum (hak Allah) atas kepentingan dirinya, ia akan selalu menebar rasa aman dan keselamatan sepanjang hayatnya. Al-hasil, ia akan berakhlak mulia.

BACA JUGA:Seleksi CPNS dan PPPK 2024, Peluang Besar Tenaga Honorer Diangkat Jadi ASN

Bagaimana mencapai puncak pencarian hamba ini? Tentu saya tidak tahu, karena belum sampai kesana. Namun setidaknya, menurut informasi al-Quran, disamping ibadah lain, puasa adalah “salah satu jalan penting” menuju kesana. Semua umat terdahulu pernah melalui jalan ini, untuk menuju pencapaian tertinggi kaum Sufi ini. Yaitu puncak kemanusian sekaligus keilahian manusia.

Manusia adalah kehendak itu sendiri, dan kehendak itu tiada lain adalah kehendak Allah atau bahkan ia sendiri. Begitu ungkapan ungkapan kaum sufi.

Kategori :