RK ONLINE - Informasi kondisi perubahan iklim menjadi perbincangan banyak kalangan saat ini. Apa? cuaca dalam kondisi panas tapi suhu terasa lebih dingin. Kondisi inidiprediksi akan terjadi hingga Agustus mendatang. Namun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan informasi yang viral di media sosial soal fenomena albelian atau alphelion itu ternyata tidaklah tepat.
Pasalnya, perihelion dan aphelion tidak terlalu signifikan mempengaruhi suhu permukaan di bumi. Ini disampaikan Kepala BMKG Stasiun Geofisika Klas III Kepahiang, Litman, ST, Rabu (27/7). Diterangkan, secara sederhana di Indonesia hanya terdapat dua musim yakni muism penghujan dan kemarau.
"Kondisi saat ini lebih disebabkan karena saat memasuki musim kemarau, saat banyak wilayah ditutupi awan, sehingga salah satu efeknya pada malam hari energi panas dari bumi terlepas secara bebas di atmosfer sehingga bumi cepat dingin,"jelas Litman.
Lebih lanjut dijelaskan, terkait fenomena aphelion yakni posisi bumi berada di titik terjauh dengan matahari terjadi di bulan Juli dan perihelion yakni titik terdekat dengan matahari di bulan Januari. Jadi, secara berkala terjadi fenomena tersebut. "Nah kondisi cuaca panas tetapi hawa dingin dipengaruhi oleh angin per awanan. Saat ini juga secara musim memasuki musim kemarau," papar Litman.
Namun di Provinsi Bengkulu darah pesisir barah Sumatera non zom atau zona musim sehingga dapat dikatakan terjadi hujan sepanjang tahun meski pada musim kemarau. Pada kondisi kemarau potensi pembentukan awan yang menghalangi pancaran radiasi matahari relatif berkurang, sehingga pada siang hari radiasi matahari relatif berlimpah, yang menghangatkan permukaan bumi dan malam hari permukaan bumi berfungsi sebaliknya sebagai sumber panas.
"Posisi saat ini memasuki musim kemarau tapi karena Kepahiang berada di daerah non zona musim, bisa dikatakan daerah kita ini akan ada hujan sepanjang tahun walaupun pada musim kemarau," demikian Litman. (rfm)