Drh Indro membuat protokol kesehatan sapi. Pertama virus di sekitar sapi harus dihancurkan. Pakai disinfektan. Kandang harus bersih.
Kedua, berikan vitamin E dan nutrisi lainnya. Agar sapi punya daya tahan dan bisa segera melahirkan antibodi. Ketiga, minumkan bubur nutrisi atau makanan yang sudah dibuat cair. Paksakan masuk ke perut sapi. Kalau perlu lewat selang. Selama mulutnya banyak luka sapi tidak bisa makan. Anda pun begitu. Akibatnya sapi kekurangan gizi. Daya tahannya menurun. Mati. Nanti setelah obatnya lahir, bisa dibantu obat. Bentuknya salep. Bukan cair. Agar bisa tahan lama menempel di luka. Salep itu juga bisa dipakai untuk luka yang di mulut.
"Tidak bahaya. Salep itu nanti food grade. Tertelan sampai perut pun tidak apa-apa," katanya.
Sementara obat itu belum ada peternak pakai cara sendiri-sendiri. Salah satunya, yang lagi dikampanyekan itu, pakai Eco Enzyme. Bentuknya cairan. Dioleskan di luka. Di kuku. Di mulut. Dasarnya pengalaman. Testimoni. Logika. Virus itu mati kalau terkena cairan rendah PH. Eco Enzyme itu ber-PH rendah. Saya melihat video testimoni di peternak Pujon, Malang. Yang menjadi pusat susu Indonesia. Dulu. Saya melihat bagaimana peternak mengikat mulut sapi. Lalu mengusapkan air yang sudah dicampur Eco Enzyme ke seluruh bagian luar mulut sapi. Eco Enzyme itu gratis. Banyak relawan Eco Enzyme di seluruh Indonesia. Tujuan relawan itu, awalnya, bukan untuk PMK. Mereka relawan penyelamat bumi dan lingkungan.
Eco Enzyme itu mereka buat sendiri. Tidak beli. Tidak impor. Anda pun bisa membuatnya. Caranya sangat mudah. Hanya saja perlu waktu lama. Ini hambatan utama. Sulit meluas. Masyarakat di zaman medsos serba kesusu. Tapi tidak boleh menyerah. Anda cukup mencari toples plastik. Atau jeriken. Atau sejenis ember. Bisa kecil, bisa besar. Bisa sangat besar. Yang penting toples itu punya tutup. Bisa ditutup rapat.
Masukkan air dalam toples. Atau jeriken. Jangan penuh. 60 persennya saja. Masukkan gula. Banyak. Mahal? Agar tidak terlalu mahal, pilih saja gula molase. Tidak boleh gula pasir, karena sudah mengandung kimia. Gula aren dan gula tebu ok. Lalu masukkan kulit buah. Atau ampasnya. Boleh jeruk, nanas, pepaya, pisang atau buah apa saja. Kalau tidak ada sampah buah bisa juga sampah sayuran.
Rumusnya: air 10 gelas, sampah organik 3 gelas, gula 1 gelas: 10-3-1. Atau, katakanlah wadahnya berkapasitas 10 liter. Berarti cukup diisi 6 liter air, 600 gram gula, dan 1.800 gram sampah organik Airnya, kalau bisa air sumur. Atau air sungai yang bersih. Jangan air dari kran yang sudah diberi kaporit itu. Selesai. Tutuplah rapat-rapat. Biarkan. Selama 3 bulan. Setelah 90 hari itu buka tutupnya. Keluarkan kulit buah atau sampah sayur yang masih seperti wujud semula. Jangan dibuang. Itu bisa dilembutkan untuk pupuk tanaman Anda. Airnya itulah yang disebut Eco Enzyme.
Bisakah pakai toples kaca? Tidak bisa. Kaca itu akan pecah. Tidak kuat menerima tekanan gas dari dalam. Ini kan proses fermentasi. Gas yang keluar dari sampah organik tadi sangat banyak. Air Eco Enzyme itu adalah ''indukan''. Tidak langsung digunakan. Anda bisa mencampur satu gelas Eco Enzyme itu dengan 100 gelas air biasa. Hemat. Khasiatnya masih sangat bagus. Bahkan 1 gelas eco Enzyme bisa dicampur 400 gelas air.
Tujuan awal penemuan Eco Enzyme ini untuk 'menghidupkan' kembali tanah-tanah mati. Yakni tanah yang sudah hilang kesuburannya. Itu akibat terlalu lama diberi pupuk kimia terus menerus: urea, NPK dan sebangsanya. Tujuan utama yang lain adalah untuk memperbaiki lingkungan yang hancur akibat aliran air dari kamar mandi Anda. Air buangan Anda itu - -juga dari rumah saya-- terlalu banyak mengandung sisa-sisa sampo, deterjen dan sabun. Lalu masuk ke parit. Mengalir ke sungai. Merusak lingkungan.