Penanganan Sapi PMK Belum Maksimal

Penanganan Sapi PMK Belum Maksimal

DOK/RK PANTAU : Petugas pantau sapi terpapar PMK Kabawetan.--

RK ONLINE - Hingga Minggu (19/6/22), Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu mengakui, penanganan terhadap sapi yang terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) belum dapat maksimal. Sebab selain memang membutuhkan waktu, sampai saat ini Disjug belum memperoleh vaksin pencegahan penularan penyakit yang cepat menular pada hewan ternak sapi, kerbau, kambing dan domba ini, belum mereka terima.

 

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kepahiang, Hernawan, S.PKP melalui Kasi Pengendalian Penyakit, Hewan Marwan Safe'i, Sp menerangkan, vaksin sebagai upaya pencegahan PKM menular ke ternak lain. Diakuinya saat ini vaksin PMK belum diterima pihaknya sehingga belum bisa memberi perlindungan yang baik terhadap hewan terpapar PMK.

 

"Gejala awal akut yaitu sapi atau kambing tampak lesu, suhu badan panas dan nafsu makan menurun. Kalau gejala kronis berbentuk melepuh pada kuku dan mulut hingga mengelupas. Untuk aksin khusus hewan yang terserang PMK belum ada, makanya upaya pencegahan belum bisa memberikan perlindungan yang baik terhadap hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing dan domba," jelas Marwan.

 

Dalam penanganannya menurut Marwan, PMK juga tidak memiliki pengobatan yang spesifik. Obat antibiotik yang diberikan hanya dapat mematikan bakteri sekunder dan tidak dapat untuk mematikan virus. Hanya saja pemberian antiobiotik, vitamin dan kebersihan kandang diharapkan tidak memperparah kondisi hewan yang terserang PMK. 

 

"Misal kalau diberikan asupan vitamin dan antibiotik, sapi yang tadinya kurang nafsu makan bisa dipulihkan nafsu makannya. Ini

adalah upaya-upaya agar ternak tidak mati karena kelaparan," kata Marwan.

 

Dia melanjutkan, PMK ini tidak menular ke manusia karena bukan penyakit zoonosis. Sehingga yang menjadi fokus adalah jangan sampai pkm menyebar ke ternak lain. 

 

"Peternak kita minta terus meningkatkan kebersihan sanitasi kandang. Kemudian segera melapor kalau mendapati hewan ternaknya ada gejala klinis seperti kurang nafsu makan hingga erosi mulut atau mengeluarkan liur berlebih," demikian Marwan. 

Sumber: