BACA JUGA:Bukan Wanita, Kaum Laki-Laki Mendominasi Kasus HIV di Indonesia, Ini Faktanya!
- Tes Western blot adalah tes antibodi untuk konfirmasi pada kasus yang sulit. Jika hasilnya positif, akan muncul serangkaian pita yang menandakan adanya pengikatan spesifik antibodi terhadap protein virus HIV. Ini hanya dilakukan untuk menindaklanjuti skrining ELISA yang positif.
2. Tes HIV Antibodi-Antigen
Tes HIV satu ini mendeteksi antibodi terhadap HIV-1, HIV-2, dan protein p24. Protein p24 adalah bagian dari inti virus (antigen dari virus). Meski antibodi baru terbentuk berminggu-minggu setelahnya terjadinya infeksi, tetapi virus dan protein p24 sudah ada dalam darah. Sehingga, tes tersebut dapat mendeteksi infeksi secara dini.
BACA JUGA:Dinkes Kepahiang Belum Temukan Kasus HIV Karena Jarum Suntik, Wisnu: Bukan Berarti Tidak Ada!
3. Tes Virologi dengan PCR
Jenis tes ini biasanya dilakukan terhadap bayi yang baru dilahirkan oleh ibu yang positif mengidap HIV. Tes virologis dengan PCR memang dianjurkan untuk mendiagnosis anak yang berumur kurang dari 18 bulan.
Ada dua jenis tes virologi, yakni HIV DNA kualitatif (EID) dan HIV RNA kuantitatif:
- Tes HIV DNA kualitatif berfungsi mendeteksi virus dan tidak bergantung pada keberadaan antibodi (kerap digunakan pada bayi).
- Tes RNA kuantitatif mengambil sampel dari plasma darah. Tak cuma bayi, tes tersebut juga dapat digunakan untuk memantau terapi antiretroviral (ART) pada orang dewasa.
BACA JUGA:Bisa Atasi Gejala HIV, Ini Manfaat Kayu Manis Bagi Kesehatan
Bagaimana Jika Hasilnya Positif?