"Kok bisa ada bunga berserakan di halaman. Padahal di sekitar tidak ada tanaman bunga, hanya ada pohon Sawo tua ini," gumam ku dalam hati.
Kemudian aku teringat pesan ibu Marni saat memberikan sapu lidi, aku harus ikhlas menyapu halaman ini. Padahal sedari tadi hati dongkol karena harus menyapu pagi-pagi buta.
Selesai menyapu aku kembali ke kosan ku untuk bersiap-siap kuliah dan melanjutkan rutinitas seperti biasa. Berangkat kuliah lalu sore hari pulang ke kosan dan melanjutkan menonton drama korea hingga larut malam.
Pada malam harinya, kejanggalan mulai kurasakan dan cerita horor ini dimulai karena setiap pukul 1 pagi, aku mendengar suara orang menyapu halaman. Namun suaranya tidak seperti suara orang menyapu pada umumnya. Suaranya hanya terdengar tiga kali atau dua kali gesekan sapu lidi ke tanah lalu berhenti. Kemudian selang beberapa saat suaranya terdengar kembali.
Apa aku saja yang mendengarnya, bagaimana dengan tetangga sekitar, apa mereka tidak risih dengan suara menyapu malam hari yang terjadi selama 3 malam berurut-turut. Tapi pada malam ketiga, aku mulai terganggu dengan suara sapu lidi ini.
"Masa sih ibu Marni nyapu malam-malam," gerutu ku dalam hati.
Tapi nalar ku merasa bahwa tidak mungkin ibu Marni menyapu halaman malam hari. Rasa penasaran ku inilah yang kemudian, membuatku memutuskan untuk memberanikan diri mengintip ke luar melalui jendela kamar ku yang kebetulan menghadap ke arah halaman.
Sontak aku pun berkeringat dingin, aku tidak percaya dengan apa yang kulihat, lututku mendadak gemetaran sampai hampir tidak mampu berdiri. Namun mata ku tidak bisa lepas dari sosok tersebut, hati ku pun sempat bertanya-tanya apa aku salah lihat atau aku hanya sedang bermimpi.