RK ONLINE - Dalam data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu pada bulan September 2022 lalu Bengkulu mengalami lonjakan angka Inflasi sebesar 1,22 persen. Dengan angka ini menempatkan Bengkulu pada posisi nomor 29 nasional dan diurutan ke-8 dari 24 kota yang ada di pulau Sumatera.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bengkulu, Drs. Hamka Sabri, M.Si menyampaikan, kenaikan angka inflasi terjadi sebagian besar secara nasional, dengan sebab utama akibat kebijakan penyesuaian dan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dilakukan per 3 September 2022 lalu.
"Kita selalu komunikasikan terkait inflasi bersama BPS. Dari data BPS kenaikan inflasi Bengkulu karena adanya kebijakan kenaikan BBM, tapi jika kita melihat dari bahan pokok saat ini masih stabil dan belum ada bergerak secara signifikan menunjukkan kenaikan," ungkapnya, Selasa (4/10).
Hamka menambahkan, sebagai langkah pencegahan yang dilakukan pemerintah terhadap lonjakan inflasi ini, Pemprov bersama pemda kabupaten/kota dan pihak terkait lainnya akan menjalankan kebijakan dan program pengendalian inflasi. Seperti halnya kebijakan dari pemerintah pusat mengimbau pemerintah daerah untuk mengambil kebijakan penanganan dan menekan angka inflasi akibat adanya kebijakan kenaikan BBM dengan mengontrol harga kebutuhan masyarakat hingga menggunakan anggaran dari Belanja Tidak Terduga (BTT).
"Kita akan melihat pergerakan harga bahan pokok, jika terjadi pergerakan atau kenaikan kita sudah ada surat edaran dari kementerian jika bisa menggunakan BTT untuk mengendalikan inflasi daerah," tambahnya.
BACA JUGA:Melonjak, Kota Bengkulu Alami Inflasi 1,22 Persen
Lebih lanjut, sesuai arahan pemerintah pusat harus ada upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk mengendalikan angka inflasi daerah. Beberapa kebijakan akan diambil seperti mengendalikan harga kebutuhan pokok yang harganya relatif tinggi, realisasi bantuan langsung tunai BBM, penggunaan dana Bantuan Pangan Tunai (BPT), hingga realisasi 2 persen dari DAU dan DBH.
"Termasuk melaksanakan operasi pasar akan kita lakukan, untuk melihat sektor mana yang naik dan harus dikendalikan," singkatnya.